Jumat, 31 Desember 2010

Kerjasama Pengembangan Padi Hibrida antara Cina-Indonesia


Jakarta – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian dengan Pemerintah China sepakat melakukan kerjasama dalam bidang pengembangan padi hibrida. Kesepakatan kedua negara ini ditandai dengan dilaksanakannya Launching kerjasama teknik padi hibrida Indonesia-China, yang bertempat di Auditorium Gd D kantor Kementerian Pertanian Jakarta, pada hari Rabu tanggal 29 Desember 2010. Acara ini dihadiri oleh Duta Besar China untuk Indonesia, Zhang Qi Yue berserta para delegasi China lainnya, dan dihadiri pula oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, Haryono beserta  pejabat dari Eselon-I dan II lingkup Kementerian pertanian.
 
Dalam sambutannya, Kepala Balai Pusat Penelitian Padi Hibrida Indonesia, Kasdi, menyatakan, kerjasama kedua negara tersebut akan dimulai dengan kedatangan peneliti dari China untuk kerjasama dengan peneliti Badan Litbang dalam pengembangan padi hibrida dan direncanakan kegiatan ini akan dilaksanakan selama tiga tahun. 
 
Kerjasama yang dilakukan oleh Badan Litbang Kementerian Pertanian dengan Long Ping Hi-Tech tersebut akan difokuskan pelaksanaanya di propinsi Lampung dan secara bertahap akan dikembangkan di propinsi lain yang dianggap baik untuk pengembangan padi hibrida dan dalam pelaksanaanya akan dipusatkan di kebun percobaan Natar dan lokasi sekitarnya, tepatnya di Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Alasan pemilihan lokasi tersebut dikarenakan berada di sekitar kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Pangan (BPTP) Lampung, memiliki sarana irigasi serta merupakan salah satu sentra produksi padi di Kabupaten Lampung Selatan.
Sementara itu Kepala Badan Litbang Pertanian Haryono menyatakan, kerjasama tersebut dimaksudkan antara lain untuk melakukan uji adaptasi dan uji multilokasi beberapa kombinasi padi hibrida dari China.Kemudian untuk mendapatkan beberapa kombinasi padi hibrida asal China yang telah dilepas di Indonesia yang dapat dikembangkan di provinsi Lampung dan sekitarnya.
 
Pengembangan laboratorium dan sarana penunjang lainnya di kebun percobaan Natar, BPTP Lampung guna menunjang pengembangan padi hibrida di provinsi tersebut. 
Disamping itu. mengatakan bahwa Pengembangan padi hibrida merupakan salah satu jawaban yang kita upayakan dalam memacu peningkatan produksi terutama untuk mendukung swasembada pangan secara berkelanjutan. Di Indonesia pengembangan padi hibrida saat ini masih sangat rendah yakni baru 300 ribu hektar dari luas lahan pertanian 7 juta hektar.  Oleh karena itu potensi pengembangan padi hibrida masih sangat terbuka lebar di tanah air.
 
Menyinggung produktivitas padi hibrida yang akan dikembangkan melalui kerjasama Indonesia-China tersebut, dia mengungkapkan dari pengujian laboratorium di RRC dapat dihasilkan sekitar 9-14 ton/ha namun kenyataan dilapangan hasil yang dicapai lebih rendah yakni sekitar 7-8 ton/ha
Saat ini telah dilakukan pengiriman tahap pertama beberapa varietas padi hibrida terpilih dari China dan saat ini dalam proses pengeluaran di pelabuhan Tanjung Priok. Setelah itu,   akan dilakukan pengiriman lanjutan berbagai sarana dan peralatan yang akan menunjang rencana kegiatan pengembangan padi hibrida di Lampung.

Kamis, 30 Desember 2010

Pelatihan Kewirausahaan & Pekan Raya Pertanian Nasional ISMPI 2010 di UNBAR dan UNWIM

ISMPI bekerjasama dengan SEMA Faperta Universitas Bandung Raya dan BEM Faperta Universitas Winaya Mukti Sumedang melaksanakan Pelatihan Kewirausahaan dan Pekan Raya Pertanian Nasional ISMPI 2010 yang dilaksanakan pada 27 - 28 November 2010 denagn tema “menciptakan pengusaha dan  lapangan pekerjaan di dunia pertanian nasional  yang berkesinambungan dan merakyat”.

Pembicara pada Pelatihan Kewirausahaan ini adalah ini adalah Kementerian Koperasi dan UKM RI. Dalam acara ini membahas tentang investasi merupakan salah satu poin penting dalam pengambangan usaha tani yang akan sangat terkait erat dengan sistem agribisnis, dimana lembaga permodalan menjadi salah satu subsistem penting  dalam menunjang subsistem dari hulu dampai hilir. Saat ini kebijakan investasi lebih banyak mengarah kesektor non pertanian. Selain itu pada kegiatan ini juga diselenggarakan bazar pertanian nasional dimana setiap mahasiswa delegasi dari institusi fakultas pertanian di Indonesia memamekan produk – produk khas dari asal daerahnya masing-masing.

Seminar dan Pelatihan Pemuda Pembangun Pertanian ISMPI 2010

ISMPI bekerjasama dengan BEM Faperta Untirta melaksanakan Seminar dan Pelatihan Pemuda Pembangun Pertanian yang dilaksanakan pada 27 - 28 November 2010. Pembicara pada seminar dan pelatihan Pemuda Pembangun Pertanian ini adalah  ini adalah Dr. Anton Apriantono (Mantan Menteri Pertanian RI), Ahmad Muqowam (Ketua Komisi IV DPR RI), Pemuda Tani Indonesia, Bina Desa (Bindes), Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA), Yeka Indra Fatika (Akademisi IPB & Mantan Sekjen ISMPI) dan Rizal Azis (Anggota DPRD Kota Serang). Acara ini juga dihadiri oleh Mahasiswa Pertanian Wilayah II ISMPI, serta para presiden mahasiswa BEM se-Banten, Organisasi Kepemudaan se-Banten dan ketua OSIS SMA se-Banten.

Dalam kegiatan ini membahas tentang semangat kalangan muda untuk melakukan pembangunan pertanian dan pembinaan masyarakat tani secara nyata di desa-desa sangatlah besar dan tidak bisa terbendung lagi, namun sebuah semangat yang besar harus diimbangi pula dengan keilmuan dan pengetahuan dasar tentang “bagaimana caranya untuk melakukan pembinaan tersebut” dengan harapan agar semangat para pemuda yang ada di bangsa ini untuk melakukan pembangunan pertanian secara nyata dan pembinaan serta pemberdayaan masyarakat tani di desa yang tidak terbendung lagi dapat tersalurkan.

Dengan Pelatihan Pemuda Pembangun Pertanian ini diharapkan dapat memberikan sebuah pengetahuan dasar tentang kondisi pertanian Indonesia, serta ilmu dan konsep tentang pemberdayaan desa. Setelah kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan keesokan harinya acara selanjutnya adalah Musyawarah Kerja Wilayah II ISMPI.

Jumat, 17 Desember 2010

Indonesia Akan Krisis Pangan JIka Lahan Pertanian Akan Bertambah

Agaknya pemerintah harus bekerja keras agar target swasembada beras pada 2014 bisa tercapai. Pasalnya, kendala produksi beras lokal yang dialami petani cukup pelik.


Agaknya pemerintah harus bekerja keras agar target swasembada beras pada 2014 bisa tercapai. Pasalnya, kendala produksi beras lokal yang dialami petani cukup pelik. 

Selain anomali iklim yang mengakibatkan paceklik, banyak infrastruktur pertanian yang telah rusak sehingga sistem pengairan menjadi terganggu. Sementara, usaha perbaikan infrastruktur kerap mengalami kendala seperti pembebasan lahan, anggaran terbatas dan lingkungan yang rusak mengakibatkan potensi pembangunan infrastruktur baru terhambat.

Karena itulah, hingga kini Indonesia masih harus terus mengimpor beras dari Thailand maupun Vietnam. "Vietnam dan Thailand memiliki lahan persawahan yang luas sehingga produksinya besar," kata Sutarto Alimoeso Direktur Utama Perum Bulog, kemarin (14/12).

Kedua negara pengekspor beras ini memiliki luas panen per kapita dua kali hingga tiga kali lipat dibanding Indonesia. Tak heran, Thailand dan Vietnam mampu mengekspor berasnya ke luar negeri.

Bila Indonesia ingin menjadi negara eksportir beras layaknya Thailand dan Vietnam, luas panen perkapita Indonesia minimal seluas 19,26 juta hektare (ha). Tahun ini, luas panen perkapita Indonesia hanya sekitar 13,08 juta ha.

Dengan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237 juta orang, luas panen perkapita per tahun sebesar 552 meter persegi (m2). Luas panen sebesar itu hanya mampu memproduksi 5,13 ton per ha Gabah Kering Giling (GKG). 

Setelah menjadi beras, GKG sebanyak itu hanya akan menjadi 178,85 kilogram (kg) beras. Sedangkan konsumsi beras perkapita per tahun 139,15 kg. Selisih ketersediaan beras masih sangat minim, sehingga Indonesia saat ini tidak mungkin mengekspor beras.

Untuk ituah, program swasembada beras dengan strategi peningkatan produktivitas, strategi perluasan areal, strategi pengamanan hasil produksi, serta strategi penguatan kelembagaan dan pembiayaan harus serius dijalankan pemerintah. "Melalui program ini kami berusaha untuk menjaga ketahanan pangan dan memperbaiki stabilitas harga beras dalam negeri," kata Sutarto.

Perluasan lahan memang menjadi masalah yang harus segera dipecahkan. Soalnya, jika tidak ada penambahan lahan, sementara jumlah penduduk Indonesia naik 1,4% per tahun dan alih fungsi lahan setiap tahun 110.000 ha, maka tidak sampai 2030 Indonesia akan mengalami kekurangan pangan.






Kamis, 16 Desember 2010

Tembakau, Antara Harapan dan Kepedihan

Tembakau adalah ikon Temanggung. Bukan hanya karena menjadi gantungan hidup banyak warga, tetapi juga karena kualitas tembakau di daerah ini yang konon terbaik di Indonesia.

Tembakau adalah ikon Temanggung. Bukan hanya karena menjadi gantungan hidup banyak warga, tetapi juga karena kualitas tembakau di daerah ini yang konon terbaik di Indonesia. Tembakau memang menopang kesejahteraan. Namun, sesungguhnya tembakau juga menjadi bagian kisah sedih bagi petani wilayah ini.

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Temanggung, Nurtantiyo Wisnubrata, mengungkapkan, saat ini ada sekitar 47.500 keluarga di Temanggung yang menjadi petani tembakau. Jika satu keluarga rata-rata atas 5 orang, maka ada 237.500 jiwa yang bergantung pada tembakau, atau 33,5 persen dari total jumlah penduduk Temanggung sebanyak 708.109 jiwa (2010).

Jumlah itu belum termasuk buruh penggarap sawah, buruh petik, buruh rajang, buruh angkut, hingga pedagang tembakau. �Kami perkirakan 70 persen warga Temanggung bergantung pada tembakau,� ujar dia.

Luasan tanaman dari tahun ke tahun pun cenderung naik. Tahun 2007 luasan lahan tembakau 11.750 hektar, tahun 2008 (12.500 hektar), 2009 (13.581 hektar), dan tahun 2010 seluas 14.500 hektar. Dengan rata-rata produktivitas antara 800 kilogram hingga 1.000 kilogram tembakau kering, maka total produksi tembakau di wilayah ini mencapai 11.600 ton hingga 14.000 ton tembakau kering.

Meskipun Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengamanan Produk Tembakau sebagai Zat Adiktif, kian membatasi ruang gerak industri rokok, namun permintaan terhadap tembakau Temanggung justru kian meningkat dari industri-industri rokok di Tanah Air.

Untuk tahun 2010 saja, kuota pembelian tembakau Temanggung dari tiga perusahaan rokok besar mencapai 17.500 ton, terdiri dari PT Gudang Garam mengajukan kuota pembelian sebanyak 8.500 ton, PT Djarum (4.500 ton), dan PT Bentoel (4.500 ton). Itu belum termasuk permintaan dari pabrik-pabrik rokok yang kecil, yang lebih besar dari tahun 2009.

Ketimpangan antara permintaan dengan jumlah produksi tembakau petani itu untuk tahun 2010, ini kian tajam mengingat cuaca buruk yang terjadi sepanjang tahun. Curah hujan tinggi pada 2010 ini diperkirakan menurunkan produksi tembakau di Temanggung hingga 40 persen.

Akibatnya, harga tembakau pun melonjak. Menurut Mujiyono (52), salah satu pedagang tembakau di Parakan, saat ini harga tembakau Temanggung kelas D (bagus) menembus Rp 80.000 per kilogram, atau naik dibanding 2009 yang senilai Rp 60.000. Untuk kategori sedang berkisar Rp 50.000-Rp 60.000 per kilogram, kualitas bawah Rp 20.000-Rp 40.000 per kilogram.

Namun, berbagai indikasi positif dalam bisnis tembakau itu, apakah tercermin dari kemakmuran petaninya?

Pada tahun 1970-an hingga pertengahan 1990-an, menurut Mujiyono, petani tembakau Temanggung memang pernah berjaya. Dengan rasanya yang enak, tembakau Temanggung diincar banyak perusahaan rokok. �Banyak orang yang kemudian kaya karena menanam tembakau saat itu,� ujar Mujiyono.

Jebakan utang

Namun, sejak tahun 2000-an, kondisi petani kian sulit. Ongkos tanam tembakau kian tinggi seiring makin mahalnya pupuk, obat-obatan, ongkos garap, sewa lahan, dan biaya hidup sehari-hari. Selain itu, ketergantungan pupuk kimia dan pestisida bertahun-tahun membuat tanah kian rusak sehingga tanaman semakin mudah terserang penyakit. Otomatis, ongkos tanam terus melonjak.

Menurut Surahmin (50), petani di Desa Kledung, Kecamatan Kledung, tiap musim tanam tembakau tiba, dia menanam di lahannya seluas 1.500 meter persegi. Untuk menanam hingga benih tertancap setidaknya butuh Rp 1,5 juta, antara lain untuk beli pupuk, benih, dan ongkos penggarapan. Setelah itu harus siap dana Rp 200.000 untuk obat-obatan, ongkos petik, merajang, dan angkut.

�Pokoknya, total sampai menjual itu, saya habis Rp 2,7 juta. Itu utang dulu,� kata dia.

Usai panen, setelah dikurangi berbagai biaya dan utang, Surahmin mengaku sisa uang panen tembakaunya sekitar Rp 300.000. Untuk musim tanam berikutnya, mereka utang lagi.

Terjebak utang memang jadi problem terbesar para petani tembakau di Temanggung. Menurut Surahmin, selain biaya tanam yang kian besar, jebakan utang juga berasal dari gaya hidup petani yang konsumtif.

Pemerintah diharapkan juga membantu mencarikan skema kredit khusus bagi petani tembakau, agar bisa memutus ketergantungan atas utang berbunga tinggi.


Sumber: (M Burhanudin/KCM)

Minggu, 12 Desember 2010

RI Baru Bisa Menganut Satu Jemis Gula 10 Tahun Lagi

Indonesia baru bisa memungkinkan menerapkan satu jenis gula di pasar dalam negeri hingga 10 tahun kedepan.

Indonesia baru bisa memungkinkan menerapkan satu jenis gula di pasar dalam negeri hingga 10 tahun kedepan. Saat ini masih ada dikotomi gula kristal putih (GKP) atau gula konsumsi umum dengan gula untuk kebutuhan gula industri yaitu gula rafinasi.

"Indonesia masih menganut dualisme gula, sepuluh tahun mendatang baru bisa hilang," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan, Distribusi dan Logistik Natsir Mansyur di kantor Kadin, Kamis (9/12/2010).

Natsir menjelaskan mengapa baru sepuluh tahun lagi Indonesia bisa menganut satu gula seperti kebanyakan negara-negara lain di dunia. Alasannya karena pada periode itu Indonesia sudah mengalami swasembada gula, revitalisasi sudah rampung dan pembangunan pabrik gula baru sudah beroprasi penuh.

Natsir menuturkan adanya wacana memasukan gula rafinasi ke pasar umum saat ini ditengah ancaman kekurangan gula konsumsi sangat tidak relevan. Selain harus menabrak aturan yang sudah ada, juga akan berakibat pada nasib petani tebu yang selama ini menyuplai bahan baku GKP ke pabrik-pabrik gula PTPN.

"Kalau dualisme ini dihilangkan sekarang kasihan petani," katanya.

Selama ini gula kristal putih untuk konsumsi umumnya memiliki kualitas dibawah dari gula rafinasi dari sisi warna atau kepekatan warna gula (icumsa) karena diolah di pabrik tua. Selain itu, gula rafinasi memiliki harga yang kompetitif karena diproses dipabrik yang moderen dan baru dengan bahan baku raw sugar yang relatif murah.

Beras HItam Kurani Radang

Beras hitam sedang jadi bintang nutrisi dunia. Berwarna hitam pekat dengan rasa sedikit manis. Beras ini banyak ditanam di Jawa Tengah dan Jabar. Ternyata dibandingkan beras merah dan putih, beras ini lebih unggul khasiatnya.

Beras hitam sedang jadi bintang nutrisi dunia. Berwarna hitam pekat dengan rasa sedikit manis. Beras ini banyak ditanam di Jawa Tengah dan Jabar. Ternyata dibandingkan beras merah dan putih, beras ini lebih unggul khasiatnya.

Beras hitam memang tak sepopuler beras biasa dan juga beras merah. Namun demikian, beras ini sudah mulai banyak digunakan sebagian orang. Tidak hanya karena kandungan serat nya baik untuk mereka yang tengah berdiet, tapi juga beberapa manfaat lainnya yang bisa langsung dirasakan.

Seperti hasil dari sebuah studi yang baru-baru ini dilakukan oleh Mendel Friedman dan rekan-rekannya di Departemen Pertanian AS Western Regional Research Center di Albany, California. Menemukan bahwa makanan pokok sebagian besar orang di dunia ini ternyata mampu mengurangi peradangan akibat alergi, asma dan juga penyakit lainnya.

Dalam penelitian sebelumnya juga, kelompok peneliti ini mengidentifikasi beberapa manfaat kesehatan potensial dari beras hitam. Bran atau kulit luar dari biji-bijian, yang dibuang selama pengolahan beras merah untuk menghasilkan sejenis beras putih.

Perlakuan ini juga dilakukan terhadap beras hitam, ternyata dapat menekan pelepasan histamine yang menyebabkan inflamasi atau peradangan. Dengan menyisipkan sedikitnya 10 % beras hitam dalam menu setiap hari ternyata dapat menurunkan peradangan seperti iritasi kulit, alergi, dan juga jenis peradangan lainnya.

Selain mengatasi peradangan, beras hitam juga berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, memperbaiki kerusakan sel hati, mencegah gangguan fungsi ginjal, mencegah kanker/ tumor, memperlambat penuaan, sebagai antioksidan, membersihkan kolesterol dalam darah, dan mencegah anemia.

Nah, kalau sudah tahu begitu banyak manfaat dari beras hitam tak ada salahnya menyisipkan beras hitam di salah satu menu harian Anda. Beras hitam bisa dibeli di toko makanan sehat atau pasar swalayan besar. Beras ini bisa juga dicampur dengan beras putih.

Rabu, 08 Desember 2010

KKP Merilis Udang Vaname Jenis Baru, Vaname Global Gen

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merilis udang vaname jenis baru yang diberi nama �Vaname Global Gen� di Lombok Utara

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merilis udang vaname jenis baru yang diberi nama �Vaname Global Gen� di Lombok Utara, Senin (22/11). Udang jenis baru ini disebut-sebut memiliki keunggulan khususnya dalam hal ketahanan terhadap serangan virus yang selama ini menghantui petambak.

�Udang ini lebih baik dan bebas dari 9 jenis virus yang berbahaya bagi udang,� kata Fadel Muhammad, dalam siaran persnya hari ini. Penemuan jenis udang vaname terbaru itu dilakukan oleh tim perekayasa dari pelaku usaha pembibitan dari PT Bibit Unggul.

Usaha pemuliaan yang dilakukan oleh PT Bibit Unggul merupakan yang pertama dilakukan pihak swasta di Indonesia. Dari segi kelayakan produksi dan pembennihan, Fadel mengaku Vaname Global Gen akan mampu mendongkrak produksi udang khususnya vaname.

KKP sekarang mesti menambah kecepatan produksi udang vaname, pasalnya sampai 2014 nanti udang spesies ini ditarget mengalami kenaikan 16%. Dua tahun belakangan produksi mengalami ancaman karena tingginya tingkat kegagalan panen akibat penyakit termasuk juga adanya kendala
produksi pada sentra produksi udang nasional.

Fadel berharap, tahun 2014 nanti produksi udang bisa mencapai 699 ribu ton, yang diharapkan disuplai dari 188 ribu ton udang windu dan 511 ribu ton dari udang vaname.

Menurut data Food and Agricultural Organization (FAO) 2010, Indonesia menempati peringkat ke-4 dunia dengan total ekspor udang vaname sebesar 140 ribu ton untuk tahun 2007. Di tahun 2008, peringkat ekspor udang vaname naik menjadi ke-3 setelah China dan Thailand. Tahun itu, total ekspor mencapai 168 ribu ton atau mumbul sebesar 21%.

Saat ini, KKP berupaya untuk menggeser eksportir udang terbesar yakni China dan Thailand yang diketahui sangat handal dalam melakukan perakitan jenis-jenis unggul yang tahan penyakit.

Salah satu faktor penting dalam mengembangkan usaha perikanan budidaya udang tersebut adalah penyediaan induk unggul dan benih bermutu. Jika terjadi penurunan kualitas induk dan benih, maka seluruh produksi akan mengalami penurunan kualitas. Benih yang unggul itu diharapkan juga mampu tahan terhadap serangan virus yang selama ini menghantui petambak.

Selasa, 30 November 2010

BPW IV ISMPI Luruk Dispertanak



Bangkalan-HARIAN BANGSA
Sedikitnya 30-an orang aktivis mahasiswa mendatangi Dinas Pertanian dan Peternakan (dispertanak) Bangkalan, kemarin (24/9). Puluhan aktivis yang mengatasnamakan dari Badan Pengurus Wilayah IV Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (BPW IV ISMPI) itu menuntut Dispertanak memperhatikan nasib petani yang kian terpuruk.
Selanjutnya, puluhan massa aktivis itu melanjutkan orasi yang intinya memojokkan aparat Dispertanak. Mereka juga menuding Dispertanak sama sekali tidak berpihak terhadap petani yang semakin tahun nasibnya semakin terpuruk.“Kita semua tahu bahwa petani adalah ujung tombak sektor pertanian yang terbukti berhasil menyelamatkan perekonomian bangsa dari krisis moneter tahun 1997 dan krisis global tahun 2008. Tapi ironisnya, sektor (pertanian) ini juga tidak mendapatkan perhatian serius dari pemerintah,” ujar Syafi’I koordinator aksi.

Menurut Syafii, bentuk ketidakseriusan pemerintah itu dibuktikan dengan belum adanya proteksi yang jelas terhadap kelangsungan hidup para petani. Selain itu, kemudahan akses pinjaman modal bagi para petani juga belum nampak.Menanggapi tuntutan tersebut, Elija Rosiana, Kepala Dispertanak mengaku sangat apresiatif terhadap aksi para mahasiswa pertanian. Namun demikian, mengenai persoalan petani yang kesannya minor, menurut Eli jangan diartikan bahwa hal itu karena dispertanak tidak berbuat banyak.Menurut Eli, Dispertanak bukanlah satu-satunya institusi yang berkompeten terhadap sektor pertanian khususnya di level kabupaten bangkalan.

“Ada penyuluhan, dalam hal ini dilakukan oleh penyuluh pertanian yang bernaung pada Badan Ketahanan Pangan. Selain itu, terkait dengan infrastruktur khususnya jaringan irigasi, untuk jaringan primer itu ada (keterlibatan) dinas Bina Marga dan pengairan yang mengelola. Sedangkan untuk jaringan irigasi desa dan jaringan irigasi usaha tani, itu memang dikelola oleh kita (dispertanak). Demikian pula mengenai sistem tata niaga pertanian, lagi-lagi itu bukan urusan kita melainkan dinas perindustrian dan perdagangan,” urainya.(ekr)

Senin, 29 November 2010

Kamis, 28 Oktober 2010

Selasa, 26 Oktober 2010

Bisnis Rumput Laut, Berpotensi Tapi Masih Menjadi Anak Tiri

Mungkin tidak banyak yang tahu, Indonesia adalah negara penghasil rumput laut nomor satu di dunia. Luas daerah pesisir pantai di tanah air merupakan lahan subur untuk perkembangan rumput laut.

Mungkin tidak banyak yang tahu, Indonesia adalah negara penghasil rumput laut nomor satu di dunia. Luas daerah pesisir pantai di tanah air merupakan lahan subur untuk perkembangan rumput laut. 

Sayangnya, rumput laut Indonesia itu lebih diminati oleh orang-orang di luar negeri ketimbang dalam negeri. Hal itu terlihat dari banyaknya varian olahan rumput laut mulai dari untuk masakan khas Jepang seperti Sushi, bahan baku kertas di Korea Selatan dan bahan baku kosmetik di sejumlah negara. 

Menurut Ketua Umum DPP Asosiasi Petani & Pengelola Rumput Laut Indonesia (Aspperli), Arman Arfah dalam kurun waktu tahun 2009, produksi rumput laut nasional mencapai jumlah 160 ribu ton, 45 persen diantaranya disuplai dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. 

"Dengan luas itu, setiap tahun, para petani rumput laut bisa memanen sebanyak 5 sampai 6 kali, dari jenis Gracilaria 80 persen pasarnya di tanah air dan jenis Eucemacottoni, 80 persen untuk pasar luar negeri," ungkap Arman yang ditemui detikFinance dalam jumpa persnya terkait rencana pelaksanaan makan rumput laut massal, pada 29-30 Oktober 2010 mendatang, di kafe Gigi, jalan Pengayoman, Makassar, selasa (26/10/2010).

Setiap 1 hektar hamparan laut pesisir yang menjadi tempat budidaya rumput laut, petaninya bisa memanen sekitar 1 ton. Hasil olahan rumput laut jenis Glacilaria ini menjadi bahan baku untuk makanan dan minuman, sementara jenis Eucemacottoni, bisa pula menjadi bahan baku kosmetik, obat-obatan dan kertas.

Arman menyebutkan, rumput laut jenis Glacilaria di bursa komoditi nasional, harganya bisa mencapai Rp 6 ribu sampai Rp 8 ribu perkilogram. Sedangkan jenis Eucemacottoni harganya rata-rata Rp 11 ribu sampai Rp 13 ribu perkilogram. 

Namun demikian, Aspperli menyayangkan komoditi ini masih jauh dari perhatian pemerintah. Sekitar 15 ribu petani rumput laut di tanah air, lanjut Arman, belum bisa sepenuhnya lepas dari jerat utang para lintah darat dan pedagang tengkulak. Sektor perbankan tanah air belum melirik potensi penghasilan petani rumput laut. Selain itu, penyuluhan tata cara mengolah rumput laut yang berkualitas tinggi juga harus diperhatikan oleh pemerintah. 

Aspperli berharap, lanjut Arman, komoditi rumput laut mampu menyokong kemandirian ekonomi bangsa, dengan membudidayakan, memproduksi dan mengelola sendiri hasil rumput laut hingga bisa dikonsumsi masyarakat Indonesia. Selain dapat menyejahterakan petani rumput laut, jika tingkat konsumsi rumput laut masyarakat sudah meningkat, lapangan kerja akan terbuka lebar di sektor industri pengolahan rumput laut. 

"Kalau pemerintah masih menganggap hanya persoalan surplus beras yang perlu diperhatikan, sementara potensi rumput laut dikesampingkan, biar Aspperli yang bertugas mengkampanyekan pada masyarakat agar gemar mengonsumsi rumput laut," pungkas Arman.

Sumber: (dtk/qom/qom)

Jumat, 15 Oktober 2010

Presiden AFITA: TI Diperlukan untuk Bangkitkan Pertanian

Metrotvnews.com, Bogor: Presiden The Asian Federation for Information Technology in Agriculture atau Federasi Teknologi Pertanian se-Asia (AFITA) Profesor Kudang Boro Seminar menyatakan teknologi informasi sangat dibutuhkan untuk membangkitkan sektor pertanian sebagai pelaku utama pembangunan di sebuah negara.

"Kebangkitan pertanian pada suatu bangsa tidak akan terwujud tanpa adanya diseminasi teknologi informasi. Diseminasi TI akan membuat pertanian menjadi lebih modern, kompetitif, efesien dan mendatangkan nilai tambah bagi petani," katanya di Bogor, Jumat (15/10).

Kudang mengemukakan, pihaknya akan melakukan berbagai upaya dan langkah untuk mendorong akselarasi diseminasi teknologi informasi dalam pembangunan sektor pertanian. "Sektor pertanian sejauh ini tertinggal dibandingkan dengan sektor-sektor lain karena faktor TI. Penggunaan TI merupakan keniscayaan, termasuk dalam pengembangan pertanian," ujarnya.

Dia menyatakan akan mendorong akselarasi diseminasi teknologi informasi dalam pengembangan sektor pertanian di negara-negara Asia. Agenda tersebut akan dijadikan sebagai program kerja prioritas AFITA dua tahun ke depan.

"Konferensi Internasional ke-7 AFITA menghasilkan kesepakatan bersama mengenai pentingnya diseminasi teknologi informasi bagi pembangunan sektor pertanian," ujarnya.

Selain itu, AFITA juga menyepakati perubahan pola pendekatan petani dalam pengembangan diseminasi sebuah teknologi atau inovasi dari pendekatan kebutuhan pasar menjadi kebutuhan konsumen.

Pendekatan tersebut dilakukan dengan cara menggugah kesadaran petani akan pentingnya sebuah teknologi informasi dalam mengembangkan usaha taninya. Dalam hal ini peran penyuluh terus didorong karena bermanfaat untuk membangkitkan kesadaran dan partisipasi petani.

Kudang mengatakan, penggunaan TI bidang pertanian merupakan kebutuhan yang bersifat mendesak. Karena itu ia mengharapkan agar pemerintah dan pemangku kepentingan pertanian nasional mengubah cara pandang tentang TI bagi pertanian.

"TI untuk pertanian jangan ditakuti dan jangan dianggap mahal, karena manfaatnya sangat besar bagi kebangkitan sektor pertanian dan petani di masa mendatang," ujarnya.

Dia yakin bila diseminasi TI sektor pertanian, baik bersifat "off farm" maupun "on farm" berjalan dengan baik, maka ke depan sektor ini akan menggeliat sebagai pelaku utama pembangunan pada sebuah negara.

Kudang menjadi orang Indonesia pertama dipercaya mengemban amanah sebagai presiden AFITA. Ia terpilih sebagai presiden AFITA 2010-2012 dalam Konferensi Internasional ke-7 AFITA yang diselenggarakan di Bogor, Jawa Barat pada 4-7 Oktober.

AFITA beranggotakan 17 negara di kawasan Asia yaitu Indonesia, Jepang, China, India, Korea, Thailand, Filipina, Malaysia, Vietnam, Timor Leste, Iran, Banglades, Mongolia, Israel, Pakistan, Laos, dan Bhutan.(Ant/BEY)

Kamis, 07 Oktober 2010

Jumat, 01 Oktober 2010

Sriani, Memuliakan Buah Tropika

Di pasaran, terutama di kota-kota besar, dengan mudah kita jumpai buah-buahan impor. Buah itu antara lain apel, jeruk, durian, pisang, bahkan pepaya pun berlabel impor, yaitu california papaya atau havana/hawaii papaya

Di pasaran, terutama di kota-kota besar, dengan mudah kita jumpai buah-buahan impor. Buah itu antara lain apel, jeruk, durian, pisang, bahkan pepaya pun berlabel impor, yaitu california papaya atau havana/hawaii papaya. "Padahal, tak ada pepaya impor. Semua itu pepaya hasil pemuliaan yang dilakukan Pusat Kajian Tropika IPB," kata Sriani.

Bagi Prof Dr Ir Sriani Sujiprihati, MS, kenyataan membanjirnya buah-buahan impor itu memprihatinkan. Padahal, buah tropika atau buah lokal tak kalah mutunya. Jika impor buah itu dilakukan terus-menerus, lama-kelamaan buah lokal bisa tersingkir. Akibat lanjutannya, petani buah lokal pun makin tak berdaya.

Sriani, Kepala Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) itu, menambahkan, sejak diberlakukannya perdagangan bebas, produk impor terus membanjir. Tak cuma buah, bahan pangan seperti gandum, kedelai, bawang putih, dan bawang merah pun diimpor.

Lebih memprihatinkan lagi di dunia pertanian, benih tanaman pangan, seperti padi hibrida, jagung hibrida, dan hortikultura, di pasaran juga didominasi oleh benih hibrida impor. Di kebun plasma nutfah Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB di Tajur, Bogor, Sriani menunjukkan kebun plasma nutfah yang digunakan untuk merakit varietas baru berbagai tanaman, termasuk pepaya.

Ratusan pohon pepaya di kebun itu, meski tingginya belum mencapai satu meter, sudah berbuah lebat. Dari hasil kerja keras pemuliaan yang dilakukan tim IPB itu sudah dihasilkan empat varietas unggul buah pepaya, yakni pepaya sukma, callina, carisya, dan jene.

Tiga varietas pepaya itu sudah didaftarkan di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan benihnya bisa dibeli para petani buah. "Ini merupakan salah satu bentuk hak atas kekayaan intelektual (HKI) bidang pemuliaan tanaman," kata Sriani yang memasyarakatkan varietas unggul pepaya itu sejak 2009.

Bukan impor

Namun, ada yang membuat Sriani sedih dan jengkel. Di pasar belakangan ini banyak dijual pepaya callina, tetapi diberi label oleh pedagang sebagai california papaya, atau pepaya carisya menjadi havana atau hawaii papaya.

Mereka seakan sengaja mengubah nama varietas pepaya itu agar seolah-olah buah itu hasil impor. Padahal, pepaya callina tersebut hasil pemuliaan dari tim IPB.

"Menurut distributor dan pedagangnya, kalau tidak dilabeli pepaya impor, buah itu tak laku dijual. Saya tidak percaya. Kalau buah itu kualitasnya bagus, pasti banyak pembelinya. Pepaya hasil pemuliaan kami itu manis rasanya," katanya menggambarkan kondisi pasar di Jakarta dan sekitarnya.

Meskipun begitu, Sriani masih bersyukur karena para petani dan pedagang pepaya di Yogyakarta dan Jawa Tengah, misalnya, menjual buah yang benihnya dari IPB itu tetap sebagai pepaya carisya, sukma, dan jene.

"Mereka enggak mau menjual pepaya callina karena sudah banyak dijual di Jakarta. Mereka memilih mencoba varietas pepaya yang lain," kata Sriani.

Dia bercerita, pepaya callina awalnya berasal dari Pak Okim (kini almarhum), petani di Bogor yang mengklaim punya pohon pepaya yang benihnya dari California, AS. Namun, karena pohon itu mulai menua, buahnya semakin menurun kualitasnya.

"Buah pepaya milik Pak Okim ini lalu kami ambil untuk kemudian di-breeding atau dilakukan pemuliaan. Proses itu memerlukan waktu tujuh tahun untuk perbaikan dan perlu dana besar buat menyeleksi dan melakukan persilangan," katanya.

Setelah itu barulah dipilih yang terbaik kualitas dan produktivitasnya. Varietas pepaya hasil persilangan itu lalu diberi nama pepaya callina dari California-Indonesia.

"Jadi, pepaya itu bukan murni impor dari California. Kami bekerja keras untuk menjadikannya seperti sekarang," tuturnya.


Jadi, pepaya itu bukan murni impor dari California, kami bekerja keras untuk menjadikannya seperti sekarang.
Lingkungan

Tumbuh di lingkungan pertanian membuat Sriani jatuh cinta pada ilmu pertanian. Saat masih di bangku SMA di Ponorogo, Jawa Timur, dia menyukai pelajaran Biologi. Kakek dan neneknya adalah petani buah dan sayur yang tinggal di dataran tinggi Desa Jurug, Kecamatan Sooko, Kabupaten Ponorogo.

"Halaman rumah keluarga kami penuh dengan jeruk keprok. Kalau mau, kami tinggal memetiknya. Tanaman apa saja tumbuh subur di desa kami," kenangnya.

Ayah Sriani menjadi penilik sekolah dan ibunya seorang kepala sekolah. "Orangtua ingin saya menjadi dokter, tetapi saya lebih tertarik belajar pertanian," katanya.

Sriani konsisten dengan pilihan hatinya. Apalagi, lewat program pemuliaan tanaman yang bertujuan menghasilkan varietas unggul dan berdaya saing itu hasilnya dapat dimanfaatkan petani untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Selain itu, pemuliaan tanaman juga berperan mengurangi arus impor, baik komoditas maupun benih tanaman.

"Kebergantungan pada produk impor diharapkan dapat dihilangkan, atau setidaknya dikurangi, sehingga ketahanan dan kedaulatan pangan kita dapat diwujudkan," kata Sriani.

Sekarang ini, kebun yang menanam pepaya varietas callina, carisya, sukma, dan jene semakin luas. Di Provinsi Jawa Barat, misalnya, hampir semua daerah sudah menanam. Bahkan, di Kabupaten Subang, varietas ini juga ditanam di pekarangan rumah.

Varietas pepaya hasil pemuliaan itu juga sudah ditanam oleh para petani di DI Yogyakarta dan Jateng, seperti di daerah Cilacap, Magelang, Banjarnegara, Brebes, dan Banyumas.

Dia makin senang karena di Jatim pun varietas pepaya itu juga ditanam dan dipasarkan, antara lain di Surabaya, Malang, dan Ponorogo.

"Petani di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi Selatan pun mulai menanam pepaya hasil pemuliaan kami (PKBT IPB)," tambah Sriani.

Sumber: KCM/Elok Dyah Messwati

Sabtu, 18 September 2010

PRESS REALEASE ISMPI 2009-2011

HIDUP PERTANIAN.....
ISMPI JAYA..........

Mari kawan-kawan kita turun aksi bersama dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional tanggal 24 september 2010 serentak di seluruh Indonesia. aksi dapat dilakukan per-institusi ataupun per-provinsi.
"Mari bersama kita suarakan masalah pertanian Indonesia,karena di dada dan pundak kita ada petani yang harus diperjuangkan."

PRESS REALEASE
IKATAN SENAT MAHASISWA PERTANIAN INDONESIA
(ISMPI)
2009-2011

Diluncurkan untuk memperingati Hari Tani Nasional
Persimpangan Dunia Pertanian Indonesia

Pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan sangat penting bagi pembangunan perekonomian bangsa ini.Sektor ini juga merupakan sektor yang mampu bertahan terhadap terpaan krisis tahun 1997 serta krisis global tahun 2008, ketika hampir sebagian besar negara berkembang mengalami krisis pangan kita bahkan dapat mencapai swasembada beras walaupun banyak diliputi oleh kepentingan politik negara pada waktu itu. Sekali lagi bukti empiris menyatakan bahwa lagi-lagi sektor pertanian telah menyelamatkan perekonomian bangsa terutama terhadap ketersediaan pangan yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Namun ironisnya sektor ini juga yang tidak mendapatkan perhatian serius dari pemerintah mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan-kebijakan lain.

Permasalahan pertanian di Indonesia dapat disimpulkan kedalam dua garis besar, yang pertama yaitu kepedulian dan perhatian serius dari pemerintah yang masih sangat kurang terkait kebijakan-kebijakan yang tidak menguntungkan sektor ini. Seperti kita ketahui bersama bahwasanya sektor ini merupakan salah satu sektor yang mendapatkan anggaran terkecil dalam APBN 2010 yang baru saja diumumkan pemerintah pada tanggal 16 Agustus 2010 dalam rapat Paripurna MPR/DPR/DPD RI, sehingga masalah-masalah klasik sering kita temui dalam dunia pertanian Indonesia seperti Infrastruktur pertanian dan penerapan teknologi tepat guna yang masih minim, penyediaan benih bermutu yang masih kurang, kasus kelangkaan pupuk yang tiap musim tanam petani datang selalu terjadi, belum berjalannya penerapan reforma agraria dengan baik sehingga sering terjadi kasus sengketa lahan sampai masih bergantungnya Indonesia terhadap perdagangan bebas.

Penerapan Reforma agraria merupakan harga mati bagi pembangunan pertanian Indonesia untuk menumbuhkan keadilan struktur penguasaan dan kepemilikan tanah, namun sampai saat ini hal tersebut masih sangat jauh dari harapan. Padahal konstitusi kita mengamanatkan bahwa penerima redistribusi tanah adalah petani miskin, penggarap maupun buruh tani sesuai dengan UU No.5 tahun 1960. Namun hal ini bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah dengan mengesahkan UU No.25 tahun 2007 tentang penanaman modal, yang isinya adalah perluasan kekuasaan modal pada penguasaan dan kepemilikan agraria. Penjabaran dari UU No.25 tahun 2007 pemerintah berencana akan membangun food estate di Marauke, Irian Jaya. Alih-alih sebagai pusat pangan nasional, rencana ini malah membuka pintu selebar-lebarnya bagi investor asing untuk menanamkan investasi di sektor pertanian pada proyek tersebut. Lagi-lagi dalam kasus ini petani kita dirugikan dan keuntungan ada pada investor asing maupun pemerintah. Terkait permasalahan reforma agraria tentunya dibutuhkan ketegasan dan keberanian pemerintahan sekarang untuk secepatnya menerapkan reforma agraria yang sudah sejak masa kemerdekaan sudah dirumuskan demi kepentingan petani dan pertanian Indonesia.

Permasalahan kedua yaitu mengenai tingkat kesejahteraan petani itu sendiri. Meskipun dikatakan sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dalam pembangunan perekonomian bangsa, namun kondisi petani kita kian termarjinalkan. Sebagian besar petani kita termasuk petani gurem, yaitu petani penggarap yang mempunyai lahan kurang dari 0,5 Ha yang sekarang jumlahnya sudah mencapai kurang lebih 15 juta rumah tangga. Petani gurem ini mayoritas hidup di bawah garis kemiskinan, dari 16,6 % rakyat Indonesia yang tergolong miskin, 60 % nya adalah dari kalangan petani gurem. Pertanyaan besarnya adalah mengapa ketika sektor pertanian dikatakan sektor yang strategis dalam pembangunan perekonomian bangsa, pemerintah membiarkan petani-petani kita hidup di bawah garis kemiskinan ??? tentunya ini tidak terlepas dari kebijakan politik nasional.

Janji Presiden SBY dalam Rapat Paripurna MPR/DPR/DPD RI dalam pembacaan RAPBN tahun 2010 pada tanggal 16 Agustus kemaren, SBY berjanji akan menaikkan gaji pegawai negeri sipil dan Guru. Tidak pernah seorang kepala negara dan pemerintahan memikirkan untuk meningkatkan kesejahteraan petaninya yang sudah berjasa memberi makan rakyat ini. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani. Nilai Tukar Petani ini bersifat fluktuatif, dimana besar kecilnya tergantung musim panen tanaman, harga komoditas konsumsi rumah tangga, biaya produksi dan lain-lain. Tantangan petani kita tahun ini sangatlah berat, beban dari pemerintah seperti kenaikkan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi yang tinggi, Harga Pembelian dan Penjualan (HPP) beras yang tidak sesuai di tingkat petani sampai kenaikkan harga bahan pokok semakin merendahkan tingkat kesejahteraan petani kita. Padahal kita ketahui bersama bahwasanya SBY merupakan lulusan Doktor Sosial Ekonomi Pertanian dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri terbaik bangsa ini, namun tidak terlihat dari semua kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya yang benar-benar berpihak terhadap petani kita serta pembangunan pertanian Indonesia.

Banyak hal yang harus kita lakukan dalam mengembangkan pertanian pada masa yang akan datang. Kesejahteraan petani dan keluarganya merupakan tujuan utama yang menjadi prioritas dalam melakukan program apapun. Tentu hal itu tidak boleh hanya menguntungkan satu golongan saja namun diarahkan untuk mencapai pondasi yang kuat pada pembangunan nasional.

Maka dari itu kami dari Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI) menuntut :
a. Wujudkan regulasi lahan pertanian berdasarkan reforma agraria.
b. Pengawasan terhadap distribusi benih dan pupuk bersubsidi.
c. Perbaikan infrastruktur dan peningkatan teknologi tepat guna yang berwawasan pada kearifan lokal.
d. Pemberian akses permodalan bagi petani serta perbaikan sistem tataniaga pertanian.
e. Wujudkan kedaulatan pangan di Indonesia berdasarkan potensi kerarifan lokal.
f. Keluar dari WTO dan segala bentuk perdagangan dunia.

SISTEMATIKA AKSI NASIONAL
1. Atribut keseragaman aksi nasional dan di masing-masing wilayah/kampus
a. Caping (minimal untuk para pimpinan aksi).
b. semua peserta aksi menggunakn kain hitam di lengan kiri.
c. diharapkan membuat bendera ISMPI atau spanduk berlogo ISMPI
2. diharapkan menghubungi Hasnan (Sekum BPP ISMPI)/085695808420 untuk kepastian aksi dan estimasi massa di masing-masing wilayah/provinsi/kampus.
3.diharapkan ada perwakilan dari masing-masing institusi minimal 1 orang untuk bergabung dalam aksi nasional di jakarta, dengan membawa almamater dan bendera masingt-masing institusi.
4.diharapkan menuliskan nama & logo masing-masing institusi dan ismpi di masing-masing release.
5.untuk isi tuntutan di press release wilayah/Provinsi/institusi dapat menambahkan isu masing-masing di wilayah/Provinsi/institusi. Namun jangan terlalu melenceng jauh dari pokok pikiran press release nasional
6.Diharapkan memajak release di masing - masing institusi.

bagi yang kurang jelas dapat menghubungi :
Sekjend Soeroyo (08567971126)
Sekum Hasnan (085695808420)
dirjen Advokasi rangga (085692262880)
Koordinator KAP ISMPI ihsan (081355719900)

Minggu, 12 September 2010

Seminar Dan Pelatihan Advokasi Pertanian Nasional ISMPI 2010 di UPN Yogyakarta


ISMPI bekerjasama dengan BEM Faperta UPN Yogyakarta melaksanakan Seminar Dan Pelatihan Advokasi Pertanian yang dilaksanakan pada 2 - 5 Agustus 2010 dengan tema “Pelaksanaan Reforma Agraria Sejati Menuju Pertanian Jaya Petani Sejahtera”. Pembicara pada Seminar Dan Pelatihan Pemuda Pembangun Pertanian ini adalah ini adalah TO. Suprapto (Tokoh Pertanian Nasional & Pendiri Joglo Tani), Jamhari (akademisi UGM), Kusfiardi (Ketua DPP Pemuda Tani), Muzamzam (IKA ISMPI) dan para Advokat Yogyakarta.

Seminar dan Pelatihan tersebut membahas dan mengkaji tentang permasalahan-permasalahan  yang  menghambat  pembangunan  pertanian  di  Indonesia  seperti  pelanggaran  terhadap Undang-undang pembaruan  agraria  (konversi  lahan  pertanian menjadi  lahan  non  pertanian)  yang  semakin  tidak  terkendali  lagi, kurangnya penyediaan benih bermutu dari pemerintah bagi  petani,  kelangkaan  pupuk  yang  sering  terjadi  pada  setiap  saat  musim  tanam  datang,  swasembada  beras  yang  terlalu  dipolitisir  yang  nyatanya  tidak  mempengaruhi  tingkat  kesejahteraan  petani  serta  banyaknya  kasus-kasus  pelanggaran  Hak  Asasi  Petani  yang  terjadi  di  lapang,  menuntut  pemerintah  untuk  dapat  lebih  serius  lagi  dalam  upaya penyelesaian  masalah  pertanian  di  Indonesia  demi  terwujudnya  pembangunan  pertanian  Indonesia yang lebih maju demi tercapainya kesejahteraan masyarakat Indonesia.


Setelah itu kami mangunjungi desa Joglo Tani yang dimana Bangunan tersebut secara anggun berdiri di Dusun Mandungan, Desa Margoluwih, Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman, Secara konseptual yang dicita-citakan adalah dimilikinya suatu pusat pelatihan untuk mendidik dan membina secara mandiri, terstruktur, dan berkelanjutan yang berasal dari, dikelola, dan untuk kepentingan petani. Dan sebagai prasasti kebangkitan petani tersebut diresmikanlah Joglo Tani, sebuah bangunan khas Jawa yang diharapkan dapat menjadi naungan sekaligus sarana, dan pusat pembelajaran serta sambung rasa atau sarasehan diantara komunitas petani dan setiap pemangku kepentingan dunia pertanian yang terkait.

Setelah kegiatan - kegiatan tersebut dilaksanakan kemudian acara selanjtnya adalah “Penyusunan  Roadmap Gerakan Advokasi  dan  Strategi  Pengawalan Terhadap Permasalahan Dan Kasus - Kasus Pertanian Nasional Maupun Daerah”, dimana setiap mahasiswa peserta delegasi dari masing - masing institusi di Indonesia merangkum dan mempresentasikan permasalahan yang terjadi di daerahnya, kemudian dilakukan diskusi bersama bagaimana upaya-upaya penyelesaian kasus-kasus tersebut yang hasilnya akan diserahkan kepada Kementrian Pertanian RI.

Sabtu, 07 Agustus 2010

Larangan Impor Bibit Anggrek Bisa Rugikan Petani

Larangan impor bibit tanaman anggrek dinilai bukan langkah yang bijak, karena dinamika pasar, sumber daya manusia (SDM), dan teknologi kloning anggrek dalam negeri belum sepenuhnya bisa dipisahkan dari anggrek impor.

Larangan impor bibit tanaman anggrek dinilai bukan langkah yang bijak, karena dinamika pasar, sumber daya manusia (SDM), dan teknologi kloning anggrek dalam negeri belum sepenuhnya bisa dipisahkan dari anggrek impor.

Novianto Soerjanto, Indonesian Representative Orchid Society of South East Asia (OSSEA), mengatakan pemerintah sebaiknya menempuh kebijakan membatasi impor dengan sistem kuota yang ketat guna meningkatkan bibit anggrek dalam negeri.

�Kalau sampai larangan impor secara total kasihan petani terutama yang berada di daerah Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Mereka tidak akan mendapatkan suplai bibit secara kontinyu yang akan mengakibatkan produksi terganggu,� ungkapnya. 

Menurut dia, selama ini banyak petani banyak yang mengandalkan bibit hasil kloning dari Thailand dan Malaysia. Mereka sejak awal sudah bisa menghitung biaya, hasil produksi yang didapat, ataupun margin keuntungan yang bakal dipetik.

Hal itu karena anggrek hasil cloning dari Tahiland relatif berumur cepat, ketika berbunga satu berbunga semua sehingga petani bisa melakukan perhitungan bisnis sejak awal.

Adapun anggrek hasil persilangan petani lokal belum bisa dikloning secara cepat kendati hasilnya bagus. Namun belum bisa memenuhi permintaan dan kebutuhan pasar.

�Keberadaan anggrek impor tetap saja dianggap sebagai kompetisi supaya tidak stagnan. Harusnya yang menjadi prioritas adalah membenahi SDM dan sarana dan prasarana,� tambahnya. 

Novianto yang juga Wakil Ketua Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) Malang Raya itu mengatakan selama ini banyak pameran yang digelar di tanah air namun menampilkan anggrek dari Taiwan utamanya jenis Bulan (Phalaenopsis) dan Cateleya.

PAI sedang membangun kebun bibit dan pembungaan yang diberi nama Rumah Anggrek di daerah Gunung Geulis dan Citeko yang ada di Bogor.


Sumber: (bns/bas)

Selasa, 13 Juli 2010

Sepotong Mangga, Kaya Rasanya

Meskipun bukan buah asli Indonesia, tetapi keberadaan mangga yang tersebar luas di penjuru Nusantara membuatnya populer sebagai salah satu buah tropis kebanggaan kita.


Meskipun bukan buah asli Indonesia, tetapi keberadaan mangga yang tersebar luas di penjuru Nusantara membuatnya populer sebagai salah satu buah tropis kebanggaan kita.

Aslinya, mangga berasal dari India. Di sana, mangga telah dibudidaya sejak lebih dari 6.000 tahun lalu. Berdasarkan cerita lisan di India, mangga merupakan penjelmaan dari Dewa Prajapati (Tuhan, atau pelindung hidup manusia). Istilah mangga sendiri berasal dari Bahasa Tamil, mangkay atau mangas.

Selain kelezatannya, mangga menjadi demikian populer karena mengandung antioksidan yang dapat menetralisasi radikal bebas. Tak hanya itu, mangga mengandung zat besi tinggi yang baik bagi pengidap anemia. Mangga juga dapat dikonsumsi untuk memperbaiki masalah pencernaan karena mengandung enzim yang membantu mencerna protein.

Untuk menghargai varietas mangga di Indonesia, kali ini kami tampilkan beberapa jenis mangga beserta karakteristik khasnya. Selain nama, gunakan aroma, rasa, dan tekstur sebagai patokan untuk membedakan varietas mangga. Mulai dari masam ke harum, kecut ke manis, hingga lembut ke renyah.

Apel Australia. Daging buahnya lembut, bahkan hampir tidak berserat sama sekali. Namun, berbeda dengan jenis mangga apel Indonesia yang manis, jenis ini terasa hambar, meski sudah masak sekalipun.

Arumanis. Bentuknya bulat panjang, sedikit berparuh, dengan ujung meruncing. Pangkal buahnya merah keunguan, sedangkan bagian lainnya hijau. Kulitnya tipis tetapi berlapis lilin. Daging buahnya tebal, berwarna kuning mulus, lunak, tidak berserat, dan tidak terlalu banyak mengandung air. Saat masak, rasa arumanis kadang-kadang meninggalkan aroma nanas di ujung lidah.

Podang lumut. Salah satu hasil utama Kediri, Jawa Timur, ini memiliki warna kulit kuning kehijauan, dengan rasa manis-agam masam. Selain enak disantap segar, mangga podang banyak diolah menjadi pure, sirup, dodol, jeli, manisan, dan keripik.

Budiraja. Di daerah asalnya, Jawa Timur, nama mangga ini hanya Raja. Tidak pakai Budi. Namun, di supermarket besar di Indonesia, entah mengapa namanya berubah menjadi Budiraja. Mangga ini memiliki tektur daging buah yang lembut dan aroma yang harum, dengan sari buah sangat banyak.

Golek. Panjang buah dapat mencapai 30 cm dengan bentuk pipih agak melengkung. Aroma dan rasanya tidaklah setajam arumanis atau gedong gincu. Kulit buahnya hijau muda dan akan berubah menjadi kuning kemerahan saat masak.

Bunder. Bentuknya bulat kecil seperti mangga apel. Namun, rasanya tidak semanis itu. Bunder termasuk mangga berserat halus dengan rasa manis cenderung masam. Biasanya, bunder menjadi salah satu buah pelengkap rujak.

Bapang. Bapang sering diolah menjadi campuran sambal. Entah itu saat masih muda atau ketika masak. Fisik buahnya memang menggemaskan; mengkal tetapi ranum. Rasanya manis, cenderung masam dengan air buah banyak.

Kuweni. Kuweni belum pernah ditemukan tumbuh liar di Indonesia. Ini merupakan hibrida antarspesifik alami, antara mangga dan bacang, yang memiliki aroma harum dan tajam, seperti terpentin (minyak untuk mengencerkan cat). Daging buahnya lembut, memiliki konsistensi lebih padat daripada bacang, dan berserat lebih halus. Kulitnya hijau sampai kekuningan, dengan bintik-bintik lentisel berwarna kecoklatan. Kulit buahnya tebal, 3-4 mm, dengan daging kuning sampai agak jingga. Rasanya manis-asam.

Harum bali. Mirip arumanis probolinggo, tetapi varietas ini berkulit lebih tebal -tetap dengan lapisan lilin. Daging buahnya tebal, sekitar 3 mm, berwarna kuning mulus, dan agak kering. Rasanya perpaduan antara arumanis dengan indramayu.

Kopyor. Dinamakan demikian karena bentuk pangkal buahnya mirip dengan kopyor. Saat masak, daging buahnya berwarna kuning terang, berserat kasar, dan berair, dengan aroma terpentin serta rasa manis sedikit masam.

Gedung gincu. Bentuk buahnya bulat, sedang, dengan warna kulit kuning merah-keunguan. Saat matang, daging buahnya berwarna kuning cerah dengan rasa manis legit, disertai bau harum. Mangga gedong gincu merupakan "trademark" dari Cirebon, Jawa Barat.

Manalagi. Secara fisik, bentuk mangga ini lebih kecil dibandingkan arumanis atau golek. Warna kulitnya hijau cerah dengan bintik-bintik putih. Rasanya sangat manis, bahkan saat belum terlalu masak sekalipun. Saat masak, warna kulitnya akan berubah hijau tua dengan warna daging buah putih kekuningan hingga oranye.

Indramayu. Berukuran besar dan memiliki serat yang rapat. Saat matang, rasa mangga indramayu manis dan kering, sehingga terasa gurih di mulut.
Sumber: (KCM/Fifi Juliana Jelita)

Jumat, 25 Juni 2010

Senin, 21 Juni 2010

Peran Mahasiswa Pertanian dalam Pembangunan Pertanian

Dalam seminar nasional, lokakarya, kaderisasi nasional, dan Milad ke-17 ISMPI. Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI) Universitas Jambi menyelenggarakan beberapa kegiatan. Menurut Ketua Pelaksana Yoppy Wira A.S kegiatan ini merupakan hasil Musyawarah Kerja Nasional Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (Mukernas ISMPI) di Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto pada bulan Mei 2009. Dimana Universitas Jambi ditunjuk sebagai tuan rumahpelaksanaan kegiatan nasional ISMPI.

“Kegiatan dilaksanakan dari tanggal 19 sampai 23 Mei dengan agenda kegiatan seperti seminar nasional, lokakarya, kaderisasi nasional, dan Milad ke-17 ISMPI,” kata Yoppy. Kegiatan seminar nasional menghadirkan tiga orang nara sumber yang berkompeten di bidangnya seperti Pakar Ekonomi Pertanian IPB Muhammad Firdaus, Ph.D, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi Ir. Abu Sucamah, MM, dan Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jambi Prof. Dr.Ir Zulkarnain, M. Hort. Sc.

Dalam paparannya Zulkarnain yang memberikan materi dengan tema peran mahasiswa pertanian dalam pembangunan pertanian menjelaskan bahwa mahasiswa adalah kelompok masyarakat yang sedang menekuni bidang ilmu tertentu dalam lembaga pendidikan tinggi. Memiliki kedudukan yang khas (special position) di masyarakat dengan berbagai atribut. ”Salah satu peran mahasiswa pertanian dalam revitalisasi pertanian adalah melakukan riset untuk menghasilkan rekayasa teknologi maupun kelembagaan yang dapat mendukung pembangunan pertanian yang memberdayakan petani,” jelasnya.

Secara umum kondisi pertanian di Indonesia mengalami ketidakberdayaan petani yang disebabkan kegagalan pasar, keterbatasan jumlah institusi dan sumber daya manusia pertanian di daerah, perguruan tinggi yang mempunyai expert teknologi dan mahasiswa belum melaksanakan aktifitas tridharma yang sinergis dengan pembangunan pertanian. ”Alih teknologi secara langsung dan pembinaan kepada petani dapat dilakukan mahasiswa melalui Kukerta,” kata Zulkarnain dihadapan peserta seminar.

Selanjutnya, mahasiswa fakultas pertanian perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk mendukung tercapainya kompetensi yang harus dimiliki sebagai syarat mutlak untuk menjadi sarjana pertanian dengan profil spesifik yang akan dijalani di dalam masyrakat. Pada kesempatan yang sama Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi Ir. Abu Sucamah, MM mengungkapkan mempertahankan swasembada bukanlah hal yang mudah, peningkatan produksi padi nasional nampaknya sulit mengimbangi pertumbuhan penduduk Indionesia. Hal ini dikarenakan berbagai faktor diantaranya fragmentasi lahan persawahan, rusaknya jaringan irigasi, tingginya harga saprodi, dan rendahnya kemampuan sumber daya manusia petani. ”Swasembada harus berjalan seiring dengan pengurangan kemiskinan di kalangan petani dan warga pedesaan pada umumnya,” terang Abu Sucamah.

Secara ekonomis mungkin saja harga beras impor lebih murah dari beras lokal, namun fakta ini tidak menjadi alasan untuk mengambil solusi pendek dengan mengandalkan impor dan meminggirkan swasembada pangan. ”Industri pangan terutama beras tidak hanya dilihat kacamata ekonomi, masuknya beras impor jelas akan makin memperburuk kehidupan para petani,” katanya. Dalam rangka meraih swasembada beras menurutnya, harus dilakukan revitalisasi pertanian agar lebih memperkuat peran sektor pertanian dalam pembangunan nasional. Misalnya dengan melalui optimalisasi pemanfaatan lahan dan pengembangan sumber daya manusia pertanian, aplikasi teknologi berwawasan lingkungan dalam rangka meningkatkan produksi pangan, meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan melalui peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP). ”Diversifikasi pangan akan memberikan penguatan pada swasembada beras secara berkelanjutan,” tuturnya. (Dedi)

Minggu, 13 Juni 2010

CARA PEMBUATAN EKSTRAK KENTANG UNTUK PEMBIAKAN BAKTERI KORINE (CORYNE BACTERIUM)

Setelah kita membaca cara pembiakan/ memperbanyak bakteri corine (Coryne bacterium) tentunya kita harus membuat ekstrak kentang sebagai media utama pembiakan tersebut. Ini adalah cara pembuatan ekstrak kentang untuk pembiakan bakteri corine (Coryne bacterium) :

Alat dan Bahan:
  1. Air bersih 20 liter
  2. Kentang 6 KG
  3. Gula pasir 0,5 KG
  4. Kompor
  5. Panci besar
  6. Pisau

Cara Pembuatan:
  1. Kupas kentang
  2. Cuci sampai bersih
  3. Potong-potong sampai ukuran kira-kira 1 cm3
  4. Rebus sampai kentang benar-benar lunak
  5. Ambil kentang yang berada dalam panci
  6. Biarkan dingin, setelah dingin campurkan dan larutkan gula pasir 0,5 kg kedalam ekstrak kentang tadi.
  7. Ekstrak kentang untuk pembiakan bakteri corine (Coryne bacterium) telah jadi namun sebaiknya saring dahulu sebelum digunakan

Sumber : gerbangpertanian.com

Sabtu, 05 Juni 2010

Dies Natalies & Lokakarya Kaderisasi ISMPI Nasional 2011 Di Univ. Jambi



Acara di Jambi ini selain merayakan Milad ISMPI kami juga merumuskan tentang pola kaderisasi yang nantinya akan diterapkan di setiap masing institusi se Indonesia..
pagi siang sore tak mengenal waktu selama 2 hari 2 malam kami terus menggodok pola kaderisasi tersebut.
kepenatan yang sempat melanda terhapuskan sudah dengan selingan acara fieldtrip keliling kota Jambi .
berikut liputannya :


simbolis penyerahan sertifikat

lokakarya kaderisasi

coffe break seminar nasional

FGD masing-masing wilayah merancang pola kaderisasi yang akan diusulkan

di pusat agrowisata nanas jambi

foto bersama

acara Milad nya yang terasa sangat sakral waktu itu

naahh, ini nih sang Gubernur BEM pertanian UNJA yg udah berhasil menyelenggarakan event besar ini..

DODY PERWIRA

(written & photo by : Restu Galihani Adhi | UGM)