Senin, 21 Juni 2010

Peran Mahasiswa Pertanian dalam Pembangunan Pertanian

Dalam seminar nasional, lokakarya, kaderisasi nasional, dan Milad ke-17 ISMPI. Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI) Universitas Jambi menyelenggarakan beberapa kegiatan. Menurut Ketua Pelaksana Yoppy Wira A.S kegiatan ini merupakan hasil Musyawarah Kerja Nasional Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (Mukernas ISMPI) di Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto pada bulan Mei 2009. Dimana Universitas Jambi ditunjuk sebagai tuan rumahpelaksanaan kegiatan nasional ISMPI.

“Kegiatan dilaksanakan dari tanggal 19 sampai 23 Mei dengan agenda kegiatan seperti seminar nasional, lokakarya, kaderisasi nasional, dan Milad ke-17 ISMPI,” kata Yoppy. Kegiatan seminar nasional menghadirkan tiga orang nara sumber yang berkompeten di bidangnya seperti Pakar Ekonomi Pertanian IPB Muhammad Firdaus, Ph.D, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi Ir. Abu Sucamah, MM, dan Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jambi Prof. Dr.Ir Zulkarnain, M. Hort. Sc.

Dalam paparannya Zulkarnain yang memberikan materi dengan tema peran mahasiswa pertanian dalam pembangunan pertanian menjelaskan bahwa mahasiswa adalah kelompok masyarakat yang sedang menekuni bidang ilmu tertentu dalam lembaga pendidikan tinggi. Memiliki kedudukan yang khas (special position) di masyarakat dengan berbagai atribut. ”Salah satu peran mahasiswa pertanian dalam revitalisasi pertanian adalah melakukan riset untuk menghasilkan rekayasa teknologi maupun kelembagaan yang dapat mendukung pembangunan pertanian yang memberdayakan petani,” jelasnya.

Secara umum kondisi pertanian di Indonesia mengalami ketidakberdayaan petani yang disebabkan kegagalan pasar, keterbatasan jumlah institusi dan sumber daya manusia pertanian di daerah, perguruan tinggi yang mempunyai expert teknologi dan mahasiswa belum melaksanakan aktifitas tridharma yang sinergis dengan pembangunan pertanian. ”Alih teknologi secara langsung dan pembinaan kepada petani dapat dilakukan mahasiswa melalui Kukerta,” kata Zulkarnain dihadapan peserta seminar.

Selanjutnya, mahasiswa fakultas pertanian perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk mendukung tercapainya kompetensi yang harus dimiliki sebagai syarat mutlak untuk menjadi sarjana pertanian dengan profil spesifik yang akan dijalani di dalam masyrakat. Pada kesempatan yang sama Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi Ir. Abu Sucamah, MM mengungkapkan mempertahankan swasembada bukanlah hal yang mudah, peningkatan produksi padi nasional nampaknya sulit mengimbangi pertumbuhan penduduk Indionesia. Hal ini dikarenakan berbagai faktor diantaranya fragmentasi lahan persawahan, rusaknya jaringan irigasi, tingginya harga saprodi, dan rendahnya kemampuan sumber daya manusia petani. ”Swasembada harus berjalan seiring dengan pengurangan kemiskinan di kalangan petani dan warga pedesaan pada umumnya,” terang Abu Sucamah.

Secara ekonomis mungkin saja harga beras impor lebih murah dari beras lokal, namun fakta ini tidak menjadi alasan untuk mengambil solusi pendek dengan mengandalkan impor dan meminggirkan swasembada pangan. ”Industri pangan terutama beras tidak hanya dilihat kacamata ekonomi, masuknya beras impor jelas akan makin memperburuk kehidupan para petani,” katanya. Dalam rangka meraih swasembada beras menurutnya, harus dilakukan revitalisasi pertanian agar lebih memperkuat peran sektor pertanian dalam pembangunan nasional. Misalnya dengan melalui optimalisasi pemanfaatan lahan dan pengembangan sumber daya manusia pertanian, aplikasi teknologi berwawasan lingkungan dalam rangka meningkatkan produksi pangan, meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan melalui peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP). ”Diversifikasi pangan akan memberikan penguatan pada swasembada beras secara berkelanjutan,” tuturnya. (Dedi)

0 comments:

Posting Komentar