Kamis, 27 Januari 2011

Puluhan Mahasiswa ISMPI & BEM Faperta Unswagati Blokir Jalur Pantura

CIREBON, (Pikiran Rakyat).-
Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Djati (Unswagati) Cirebon memblokir jalur pantura, Jumat (24/9).

Aksi blokir jalur pantura tersebut dilakukan saat menggelar unjuk rasa dalam rangka memperingati Hari Agraria Sedunia. Meski hanya sekitar 30 menit, aksi blokir jalur pantura sempat membuat arus lalu lintas, tepatnya di perempatan Jalan Pemuda-By Pass, macet selama beberapa saat.
Seusai memblokir jalur pantura, aksi massa dilanjutkan ke Gedung Studio RRI yang berlokasi hanya beberapa ratus meter dari perempatan Jalan Pemuda. Massa sempat meminta agar pihak RRI menyiarkan secara langsung pernyataan sikap mereka. Namun setelah dijelaskan oleh salah seorang karyawan RRI soal prosedur penyiaran, massa akhirnya setuju hanya merekam pernyataan sikap dan akan disiarkan dalam berita RRI.

Sebelumnya, massa juga mendemo Gedung Bulog Subdivre Cirebon yang juga berlokasi tidak jauh dari perempatan Jalan Pemuda dan Kampus Unswagati. Aksi unjuk rasa digelar sebagaiekspresi ketidakpuasan mahasiswa atas kebijakan pemerintah di bidang pertanian yang tidak berpihak kepada para petani.
Menurut koordinator aksi, Luki Supriatna, dalam APBN 2010 bidang pertanian merupakan penerima alokasi anggaran yang paling kecil.

"Selama ini pemerintah kurang serius memperhatikan sektor pertanian sehingga banyak sekali persoalan yang terjadi seperti infrastruktur pertanian dan penerapan teknologi tepat guna yang masih minim. Penyediaan benih bermutu juga masih kurang," kata Luki.

Sementara itu, puluhan warga petani hutan yang tergabungdalam Serikat Hijau Indonesia (SHI) Desa Loyang, Kec. Terisi, Kab. Indramayu, mendatangi Kantor Perum Perhutani setempat, Jumat (24/9).
Mereka menuntut kepada pihak Perum Perhutani setempat untuk bersikap adil kepada petani penggarap hutan. Selain itu, meminta sepenuhnya lahan hutan untuk dikelola.

"Bukan itu saja tuntutannya. Kami juga meminta klarifikasi terhadap jajaran Perhutani Indramayu karena dugaan ada oknum mandor Perhutani yang selalu meminta jatah setiap panen sebesar Rp 200.000 kepada petani," kata koordinator umum Suhermanto. (A-92/A-96)"*

(dikutip dari : http://bataviase.co.id/node/394760)

0 comments:

Posting Komentar