Jumat, 31 Desember 2010

Kerjasama Pengembangan Padi Hibrida antara Cina-Indonesia


Jakarta – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian dengan Pemerintah China sepakat melakukan kerjasama dalam bidang pengembangan padi hibrida. Kesepakatan kedua negara ini ditandai dengan dilaksanakannya Launching kerjasama teknik padi hibrida Indonesia-China, yang bertempat di Auditorium Gd D kantor Kementerian Pertanian Jakarta, pada hari Rabu tanggal 29 Desember 2010. Acara ini dihadiri oleh Duta Besar China untuk Indonesia, Zhang Qi Yue berserta para delegasi China lainnya, dan dihadiri pula oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, Haryono beserta  pejabat dari Eselon-I dan II lingkup Kementerian pertanian.
 
Dalam sambutannya, Kepala Balai Pusat Penelitian Padi Hibrida Indonesia, Kasdi, menyatakan, kerjasama kedua negara tersebut akan dimulai dengan kedatangan peneliti dari China untuk kerjasama dengan peneliti Badan Litbang dalam pengembangan padi hibrida dan direncanakan kegiatan ini akan dilaksanakan selama tiga tahun. 
 
Kerjasama yang dilakukan oleh Badan Litbang Kementerian Pertanian dengan Long Ping Hi-Tech tersebut akan difokuskan pelaksanaanya di propinsi Lampung dan secara bertahap akan dikembangkan di propinsi lain yang dianggap baik untuk pengembangan padi hibrida dan dalam pelaksanaanya akan dipusatkan di kebun percobaan Natar dan lokasi sekitarnya, tepatnya di Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Alasan pemilihan lokasi tersebut dikarenakan berada di sekitar kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Pangan (BPTP) Lampung, memiliki sarana irigasi serta merupakan salah satu sentra produksi padi di Kabupaten Lampung Selatan.
Sementara itu Kepala Badan Litbang Pertanian Haryono menyatakan, kerjasama tersebut dimaksudkan antara lain untuk melakukan uji adaptasi dan uji multilokasi beberapa kombinasi padi hibrida dari China.Kemudian untuk mendapatkan beberapa kombinasi padi hibrida asal China yang telah dilepas di Indonesia yang dapat dikembangkan di provinsi Lampung dan sekitarnya.
 
Pengembangan laboratorium dan sarana penunjang lainnya di kebun percobaan Natar, BPTP Lampung guna menunjang pengembangan padi hibrida di provinsi tersebut. 
Disamping itu. mengatakan bahwa Pengembangan padi hibrida merupakan salah satu jawaban yang kita upayakan dalam memacu peningkatan produksi terutama untuk mendukung swasembada pangan secara berkelanjutan. Di Indonesia pengembangan padi hibrida saat ini masih sangat rendah yakni baru 300 ribu hektar dari luas lahan pertanian 7 juta hektar.  Oleh karena itu potensi pengembangan padi hibrida masih sangat terbuka lebar di tanah air.
 
Menyinggung produktivitas padi hibrida yang akan dikembangkan melalui kerjasama Indonesia-China tersebut, dia mengungkapkan dari pengujian laboratorium di RRC dapat dihasilkan sekitar 9-14 ton/ha namun kenyataan dilapangan hasil yang dicapai lebih rendah yakni sekitar 7-8 ton/ha
Saat ini telah dilakukan pengiriman tahap pertama beberapa varietas padi hibrida terpilih dari China dan saat ini dalam proses pengeluaran di pelabuhan Tanjung Priok. Setelah itu,   akan dilakukan pengiriman lanjutan berbagai sarana dan peralatan yang akan menunjang rencana kegiatan pengembangan padi hibrida di Lampung.

Kamis, 30 Desember 2010

Pelatihan Kewirausahaan & Pekan Raya Pertanian Nasional ISMPI 2010 di UNBAR dan UNWIM

ISMPI bekerjasama dengan SEMA Faperta Universitas Bandung Raya dan BEM Faperta Universitas Winaya Mukti Sumedang melaksanakan Pelatihan Kewirausahaan dan Pekan Raya Pertanian Nasional ISMPI 2010 yang dilaksanakan pada 27 - 28 November 2010 denagn tema “menciptakan pengusaha dan  lapangan pekerjaan di dunia pertanian nasional  yang berkesinambungan dan merakyat”.

Pembicara pada Pelatihan Kewirausahaan ini adalah ini adalah Kementerian Koperasi dan UKM RI. Dalam acara ini membahas tentang investasi merupakan salah satu poin penting dalam pengambangan usaha tani yang akan sangat terkait erat dengan sistem agribisnis, dimana lembaga permodalan menjadi salah satu subsistem penting  dalam menunjang subsistem dari hulu dampai hilir. Saat ini kebijakan investasi lebih banyak mengarah kesektor non pertanian. Selain itu pada kegiatan ini juga diselenggarakan bazar pertanian nasional dimana setiap mahasiswa delegasi dari institusi fakultas pertanian di Indonesia memamekan produk – produk khas dari asal daerahnya masing-masing.

Seminar dan Pelatihan Pemuda Pembangun Pertanian ISMPI 2010

ISMPI bekerjasama dengan BEM Faperta Untirta melaksanakan Seminar dan Pelatihan Pemuda Pembangun Pertanian yang dilaksanakan pada 27 - 28 November 2010. Pembicara pada seminar dan pelatihan Pemuda Pembangun Pertanian ini adalah  ini adalah Dr. Anton Apriantono (Mantan Menteri Pertanian RI), Ahmad Muqowam (Ketua Komisi IV DPR RI), Pemuda Tani Indonesia, Bina Desa (Bindes), Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA), Yeka Indra Fatika (Akademisi IPB & Mantan Sekjen ISMPI) dan Rizal Azis (Anggota DPRD Kota Serang). Acara ini juga dihadiri oleh Mahasiswa Pertanian Wilayah II ISMPI, serta para presiden mahasiswa BEM se-Banten, Organisasi Kepemudaan se-Banten dan ketua OSIS SMA se-Banten.

Dalam kegiatan ini membahas tentang semangat kalangan muda untuk melakukan pembangunan pertanian dan pembinaan masyarakat tani secara nyata di desa-desa sangatlah besar dan tidak bisa terbendung lagi, namun sebuah semangat yang besar harus diimbangi pula dengan keilmuan dan pengetahuan dasar tentang “bagaimana caranya untuk melakukan pembinaan tersebut” dengan harapan agar semangat para pemuda yang ada di bangsa ini untuk melakukan pembangunan pertanian secara nyata dan pembinaan serta pemberdayaan masyarakat tani di desa yang tidak terbendung lagi dapat tersalurkan.

Dengan Pelatihan Pemuda Pembangun Pertanian ini diharapkan dapat memberikan sebuah pengetahuan dasar tentang kondisi pertanian Indonesia, serta ilmu dan konsep tentang pemberdayaan desa. Setelah kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan keesokan harinya acara selanjutnya adalah Musyawarah Kerja Wilayah II ISMPI.

Jumat, 17 Desember 2010

Indonesia Akan Krisis Pangan JIka Lahan Pertanian Akan Bertambah

Agaknya pemerintah harus bekerja keras agar target swasembada beras pada 2014 bisa tercapai. Pasalnya, kendala produksi beras lokal yang dialami petani cukup pelik.


Agaknya pemerintah harus bekerja keras agar target swasembada beras pada 2014 bisa tercapai. Pasalnya, kendala produksi beras lokal yang dialami petani cukup pelik. 

Selain anomali iklim yang mengakibatkan paceklik, banyak infrastruktur pertanian yang telah rusak sehingga sistem pengairan menjadi terganggu. Sementara, usaha perbaikan infrastruktur kerap mengalami kendala seperti pembebasan lahan, anggaran terbatas dan lingkungan yang rusak mengakibatkan potensi pembangunan infrastruktur baru terhambat.

Karena itulah, hingga kini Indonesia masih harus terus mengimpor beras dari Thailand maupun Vietnam. "Vietnam dan Thailand memiliki lahan persawahan yang luas sehingga produksinya besar," kata Sutarto Alimoeso Direktur Utama Perum Bulog, kemarin (14/12).

Kedua negara pengekspor beras ini memiliki luas panen per kapita dua kali hingga tiga kali lipat dibanding Indonesia. Tak heran, Thailand dan Vietnam mampu mengekspor berasnya ke luar negeri.

Bila Indonesia ingin menjadi negara eksportir beras layaknya Thailand dan Vietnam, luas panen perkapita Indonesia minimal seluas 19,26 juta hektare (ha). Tahun ini, luas panen perkapita Indonesia hanya sekitar 13,08 juta ha.

Dengan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237 juta orang, luas panen perkapita per tahun sebesar 552 meter persegi (m2). Luas panen sebesar itu hanya mampu memproduksi 5,13 ton per ha Gabah Kering Giling (GKG). 

Setelah menjadi beras, GKG sebanyak itu hanya akan menjadi 178,85 kilogram (kg) beras. Sedangkan konsumsi beras perkapita per tahun 139,15 kg. Selisih ketersediaan beras masih sangat minim, sehingga Indonesia saat ini tidak mungkin mengekspor beras.

Untuk ituah, program swasembada beras dengan strategi peningkatan produktivitas, strategi perluasan areal, strategi pengamanan hasil produksi, serta strategi penguatan kelembagaan dan pembiayaan harus serius dijalankan pemerintah. "Melalui program ini kami berusaha untuk menjaga ketahanan pangan dan memperbaiki stabilitas harga beras dalam negeri," kata Sutarto.

Perluasan lahan memang menjadi masalah yang harus segera dipecahkan. Soalnya, jika tidak ada penambahan lahan, sementara jumlah penduduk Indonesia naik 1,4% per tahun dan alih fungsi lahan setiap tahun 110.000 ha, maka tidak sampai 2030 Indonesia akan mengalami kekurangan pangan.






Kamis, 16 Desember 2010

Tembakau, Antara Harapan dan Kepedihan

Tembakau adalah ikon Temanggung. Bukan hanya karena menjadi gantungan hidup banyak warga, tetapi juga karena kualitas tembakau di daerah ini yang konon terbaik di Indonesia.

Tembakau adalah ikon Temanggung. Bukan hanya karena menjadi gantungan hidup banyak warga, tetapi juga karena kualitas tembakau di daerah ini yang konon terbaik di Indonesia. Tembakau memang menopang kesejahteraan. Namun, sesungguhnya tembakau juga menjadi bagian kisah sedih bagi petani wilayah ini.

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Temanggung, Nurtantiyo Wisnubrata, mengungkapkan, saat ini ada sekitar 47.500 keluarga di Temanggung yang menjadi petani tembakau. Jika satu keluarga rata-rata atas 5 orang, maka ada 237.500 jiwa yang bergantung pada tembakau, atau 33,5 persen dari total jumlah penduduk Temanggung sebanyak 708.109 jiwa (2010).

Jumlah itu belum termasuk buruh penggarap sawah, buruh petik, buruh rajang, buruh angkut, hingga pedagang tembakau. �Kami perkirakan 70 persen warga Temanggung bergantung pada tembakau,� ujar dia.

Luasan tanaman dari tahun ke tahun pun cenderung naik. Tahun 2007 luasan lahan tembakau 11.750 hektar, tahun 2008 (12.500 hektar), 2009 (13.581 hektar), dan tahun 2010 seluas 14.500 hektar. Dengan rata-rata produktivitas antara 800 kilogram hingga 1.000 kilogram tembakau kering, maka total produksi tembakau di wilayah ini mencapai 11.600 ton hingga 14.000 ton tembakau kering.

Meskipun Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengamanan Produk Tembakau sebagai Zat Adiktif, kian membatasi ruang gerak industri rokok, namun permintaan terhadap tembakau Temanggung justru kian meningkat dari industri-industri rokok di Tanah Air.

Untuk tahun 2010 saja, kuota pembelian tembakau Temanggung dari tiga perusahaan rokok besar mencapai 17.500 ton, terdiri dari PT Gudang Garam mengajukan kuota pembelian sebanyak 8.500 ton, PT Djarum (4.500 ton), dan PT Bentoel (4.500 ton). Itu belum termasuk permintaan dari pabrik-pabrik rokok yang kecil, yang lebih besar dari tahun 2009.

Ketimpangan antara permintaan dengan jumlah produksi tembakau petani itu untuk tahun 2010, ini kian tajam mengingat cuaca buruk yang terjadi sepanjang tahun. Curah hujan tinggi pada 2010 ini diperkirakan menurunkan produksi tembakau di Temanggung hingga 40 persen.

Akibatnya, harga tembakau pun melonjak. Menurut Mujiyono (52), salah satu pedagang tembakau di Parakan, saat ini harga tembakau Temanggung kelas D (bagus) menembus Rp 80.000 per kilogram, atau naik dibanding 2009 yang senilai Rp 60.000. Untuk kategori sedang berkisar Rp 50.000-Rp 60.000 per kilogram, kualitas bawah Rp 20.000-Rp 40.000 per kilogram.

Namun, berbagai indikasi positif dalam bisnis tembakau itu, apakah tercermin dari kemakmuran petaninya?

Pada tahun 1970-an hingga pertengahan 1990-an, menurut Mujiyono, petani tembakau Temanggung memang pernah berjaya. Dengan rasanya yang enak, tembakau Temanggung diincar banyak perusahaan rokok. �Banyak orang yang kemudian kaya karena menanam tembakau saat itu,� ujar Mujiyono.

Jebakan utang

Namun, sejak tahun 2000-an, kondisi petani kian sulit. Ongkos tanam tembakau kian tinggi seiring makin mahalnya pupuk, obat-obatan, ongkos garap, sewa lahan, dan biaya hidup sehari-hari. Selain itu, ketergantungan pupuk kimia dan pestisida bertahun-tahun membuat tanah kian rusak sehingga tanaman semakin mudah terserang penyakit. Otomatis, ongkos tanam terus melonjak.

Menurut Surahmin (50), petani di Desa Kledung, Kecamatan Kledung, tiap musim tanam tembakau tiba, dia menanam di lahannya seluas 1.500 meter persegi. Untuk menanam hingga benih tertancap setidaknya butuh Rp 1,5 juta, antara lain untuk beli pupuk, benih, dan ongkos penggarapan. Setelah itu harus siap dana Rp 200.000 untuk obat-obatan, ongkos petik, merajang, dan angkut.

�Pokoknya, total sampai menjual itu, saya habis Rp 2,7 juta. Itu utang dulu,� kata dia.

Usai panen, setelah dikurangi berbagai biaya dan utang, Surahmin mengaku sisa uang panen tembakaunya sekitar Rp 300.000. Untuk musim tanam berikutnya, mereka utang lagi.

Terjebak utang memang jadi problem terbesar para petani tembakau di Temanggung. Menurut Surahmin, selain biaya tanam yang kian besar, jebakan utang juga berasal dari gaya hidup petani yang konsumtif.

Pemerintah diharapkan juga membantu mencarikan skema kredit khusus bagi petani tembakau, agar bisa memutus ketergantungan atas utang berbunga tinggi.


Sumber: (M Burhanudin/KCM)

Minggu, 12 Desember 2010

RI Baru Bisa Menganut Satu Jemis Gula 10 Tahun Lagi

Indonesia baru bisa memungkinkan menerapkan satu jenis gula di pasar dalam negeri hingga 10 tahun kedepan.

Indonesia baru bisa memungkinkan menerapkan satu jenis gula di pasar dalam negeri hingga 10 tahun kedepan. Saat ini masih ada dikotomi gula kristal putih (GKP) atau gula konsumsi umum dengan gula untuk kebutuhan gula industri yaitu gula rafinasi.

"Indonesia masih menganut dualisme gula, sepuluh tahun mendatang baru bisa hilang," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan, Distribusi dan Logistik Natsir Mansyur di kantor Kadin, Kamis (9/12/2010).

Natsir menjelaskan mengapa baru sepuluh tahun lagi Indonesia bisa menganut satu gula seperti kebanyakan negara-negara lain di dunia. Alasannya karena pada periode itu Indonesia sudah mengalami swasembada gula, revitalisasi sudah rampung dan pembangunan pabrik gula baru sudah beroprasi penuh.

Natsir menuturkan adanya wacana memasukan gula rafinasi ke pasar umum saat ini ditengah ancaman kekurangan gula konsumsi sangat tidak relevan. Selain harus menabrak aturan yang sudah ada, juga akan berakibat pada nasib petani tebu yang selama ini menyuplai bahan baku GKP ke pabrik-pabrik gula PTPN.

"Kalau dualisme ini dihilangkan sekarang kasihan petani," katanya.

Selama ini gula kristal putih untuk konsumsi umumnya memiliki kualitas dibawah dari gula rafinasi dari sisi warna atau kepekatan warna gula (icumsa) karena diolah di pabrik tua. Selain itu, gula rafinasi memiliki harga yang kompetitif karena diproses dipabrik yang moderen dan baru dengan bahan baku raw sugar yang relatif murah.

Beras HItam Kurani Radang

Beras hitam sedang jadi bintang nutrisi dunia. Berwarna hitam pekat dengan rasa sedikit manis. Beras ini banyak ditanam di Jawa Tengah dan Jabar. Ternyata dibandingkan beras merah dan putih, beras ini lebih unggul khasiatnya.

Beras hitam sedang jadi bintang nutrisi dunia. Berwarna hitam pekat dengan rasa sedikit manis. Beras ini banyak ditanam di Jawa Tengah dan Jabar. Ternyata dibandingkan beras merah dan putih, beras ini lebih unggul khasiatnya.

Beras hitam memang tak sepopuler beras biasa dan juga beras merah. Namun demikian, beras ini sudah mulai banyak digunakan sebagian orang. Tidak hanya karena kandungan serat nya baik untuk mereka yang tengah berdiet, tapi juga beberapa manfaat lainnya yang bisa langsung dirasakan.

Seperti hasil dari sebuah studi yang baru-baru ini dilakukan oleh Mendel Friedman dan rekan-rekannya di Departemen Pertanian AS Western Regional Research Center di Albany, California. Menemukan bahwa makanan pokok sebagian besar orang di dunia ini ternyata mampu mengurangi peradangan akibat alergi, asma dan juga penyakit lainnya.

Dalam penelitian sebelumnya juga, kelompok peneliti ini mengidentifikasi beberapa manfaat kesehatan potensial dari beras hitam. Bran atau kulit luar dari biji-bijian, yang dibuang selama pengolahan beras merah untuk menghasilkan sejenis beras putih.

Perlakuan ini juga dilakukan terhadap beras hitam, ternyata dapat menekan pelepasan histamine yang menyebabkan inflamasi atau peradangan. Dengan menyisipkan sedikitnya 10 % beras hitam dalam menu setiap hari ternyata dapat menurunkan peradangan seperti iritasi kulit, alergi, dan juga jenis peradangan lainnya.

Selain mengatasi peradangan, beras hitam juga berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, memperbaiki kerusakan sel hati, mencegah gangguan fungsi ginjal, mencegah kanker/ tumor, memperlambat penuaan, sebagai antioksidan, membersihkan kolesterol dalam darah, dan mencegah anemia.

Nah, kalau sudah tahu begitu banyak manfaat dari beras hitam tak ada salahnya menyisipkan beras hitam di salah satu menu harian Anda. Beras hitam bisa dibeli di toko makanan sehat atau pasar swalayan besar. Beras ini bisa juga dicampur dengan beras putih.

Rabu, 08 Desember 2010

KKP Merilis Udang Vaname Jenis Baru, Vaname Global Gen

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merilis udang vaname jenis baru yang diberi nama �Vaname Global Gen� di Lombok Utara

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merilis udang vaname jenis baru yang diberi nama �Vaname Global Gen� di Lombok Utara, Senin (22/11). Udang jenis baru ini disebut-sebut memiliki keunggulan khususnya dalam hal ketahanan terhadap serangan virus yang selama ini menghantui petambak.

�Udang ini lebih baik dan bebas dari 9 jenis virus yang berbahaya bagi udang,� kata Fadel Muhammad, dalam siaran persnya hari ini. Penemuan jenis udang vaname terbaru itu dilakukan oleh tim perekayasa dari pelaku usaha pembibitan dari PT Bibit Unggul.

Usaha pemuliaan yang dilakukan oleh PT Bibit Unggul merupakan yang pertama dilakukan pihak swasta di Indonesia. Dari segi kelayakan produksi dan pembennihan, Fadel mengaku Vaname Global Gen akan mampu mendongkrak produksi udang khususnya vaname.

KKP sekarang mesti menambah kecepatan produksi udang vaname, pasalnya sampai 2014 nanti udang spesies ini ditarget mengalami kenaikan 16%. Dua tahun belakangan produksi mengalami ancaman karena tingginya tingkat kegagalan panen akibat penyakit termasuk juga adanya kendala
produksi pada sentra produksi udang nasional.

Fadel berharap, tahun 2014 nanti produksi udang bisa mencapai 699 ribu ton, yang diharapkan disuplai dari 188 ribu ton udang windu dan 511 ribu ton dari udang vaname.

Menurut data Food and Agricultural Organization (FAO) 2010, Indonesia menempati peringkat ke-4 dunia dengan total ekspor udang vaname sebesar 140 ribu ton untuk tahun 2007. Di tahun 2008, peringkat ekspor udang vaname naik menjadi ke-3 setelah China dan Thailand. Tahun itu, total ekspor mencapai 168 ribu ton atau mumbul sebesar 21%.

Saat ini, KKP berupaya untuk menggeser eksportir udang terbesar yakni China dan Thailand yang diketahui sangat handal dalam melakukan perakitan jenis-jenis unggul yang tahan penyakit.

Salah satu faktor penting dalam mengembangkan usaha perikanan budidaya udang tersebut adalah penyediaan induk unggul dan benih bermutu. Jika terjadi penurunan kualitas induk dan benih, maka seluruh produksi akan mengalami penurunan kualitas. Benih yang unggul itu diharapkan juga mampu tahan terhadap serangan virus yang selama ini menghantui petambak.