Sabtu, 07 Agustus 2010

Larangan Impor Bibit Anggrek Bisa Rugikan Petani

Larangan impor bibit tanaman anggrek dinilai bukan langkah yang bijak, karena dinamika pasar, sumber daya manusia (SDM), dan teknologi kloning anggrek dalam negeri belum sepenuhnya bisa dipisahkan dari anggrek impor.

Larangan impor bibit tanaman anggrek dinilai bukan langkah yang bijak, karena dinamika pasar, sumber daya manusia (SDM), dan teknologi kloning anggrek dalam negeri belum sepenuhnya bisa dipisahkan dari anggrek impor.

Novianto Soerjanto, Indonesian Representative Orchid Society of South East Asia (OSSEA), mengatakan pemerintah sebaiknya menempuh kebijakan membatasi impor dengan sistem kuota yang ketat guna meningkatkan bibit anggrek dalam negeri.

�Kalau sampai larangan impor secara total kasihan petani terutama yang berada di daerah Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Mereka tidak akan mendapatkan suplai bibit secara kontinyu yang akan mengakibatkan produksi terganggu,� ungkapnya. 

Menurut dia, selama ini banyak petani banyak yang mengandalkan bibit hasil kloning dari Thailand dan Malaysia. Mereka sejak awal sudah bisa menghitung biaya, hasil produksi yang didapat, ataupun margin keuntungan yang bakal dipetik.

Hal itu karena anggrek hasil cloning dari Tahiland relatif berumur cepat, ketika berbunga satu berbunga semua sehingga petani bisa melakukan perhitungan bisnis sejak awal.

Adapun anggrek hasil persilangan petani lokal belum bisa dikloning secara cepat kendati hasilnya bagus. Namun belum bisa memenuhi permintaan dan kebutuhan pasar.

�Keberadaan anggrek impor tetap saja dianggap sebagai kompetisi supaya tidak stagnan. Harusnya yang menjadi prioritas adalah membenahi SDM dan sarana dan prasarana,� tambahnya. 

Novianto yang juga Wakil Ketua Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) Malang Raya itu mengatakan selama ini banyak pameran yang digelar di tanah air namun menampilkan anggrek dari Taiwan utamanya jenis Bulan (Phalaenopsis) dan Cateleya.

PAI sedang membangun kebun bibit dan pembungaan yang diberi nama Rumah Anggrek di daerah Gunung Geulis dan Citeko yang ada di Bogor.


Sumber: (bns/bas)