Jumat, 30 April 2010

Mengembalikan Kejayaan Rempah Indonesia


KERINCI, JAMBI-Sesungguhnya bumi nusantara ini sejak dahulu  kala sudah dikenal di dunia internasional terutama negara-negara Eropa  sebagai penghasil rempah. Seperti provinsi Jambi, sejak zaman sebelum penjajahan Belanda dikenal sebagai penghasil kayu manis (cassiavera). Dari dulu, kayumanis kerinci sudah mempunyai brand  dalam perdagangan kayumanis internasional dengan nama "cassiavera koerintji".

Dari berbagai daerah Indonesia juga menghasilkan komoditi spesifik lokasi. Untuk komoditi rempah antara lain muntok white pepper, lampung black pepper ,koerintji dan Padang Cassia, Bali Vanila, Banda dan Siaou Nutmeg. Sedangkan produk specialty lainnya adalah Gayo Mountain Coffee, Toraja Coffee, Kintamani Coffee, Mandailing Coffee, Dan Bahliem Mountain Coffee. Komoditi ini mempunyai keunggulan kompratif dibanding komoditi sejenis yang di kembangkan ditempat lain baik dari sisi aroma maupun cita rasa,  sehingga tidak dapat digantikan oleh produk dari negara lain. Hal ini di karenakan adanya kondisi lahan yang sesuai dengan berbagai variasi kondisi geografis dan dukungan iklim yang prima. Sungguh merupakan suatu karunia Illahi yang patut  disyukuri dan dikembangkan untuk kemakmuran bangsa ini.

Kamis, 29 April 2010

Capacity Building, Prioritas Kerjasama RI – Tanzania

Hal paling monumental yang menandai kerjasama RI – Tanzania di sektor Pertanian adalah pendirian FARTC (Farmer Agricultural Rural Training Center) atau yang lebih dikenal di Indonesia dengan P4S. Pusat pelatihan bagi petani di Desa Mkindo-Morogoro yang didirikan pada tahun 1996 atas sumbangan dari YAMPI ini telah berkembang pesat dan menjadi motor penggerak produktivitas gabah dari 3,8 ton/ha menjadi 6 ton/ha. “FARTC Mkindo is a success story. Not only in Tanzania, this is known among South African Countries”, demikian kata Mr. Muhammad Said Muya, Permanent Secretary pada Kementrian Pertanian Ketahanan Pangan dan Kerjasama Republik Tanzania pada Pertemuan JACC ke-1 RI - Tanzania tanggal 18 – 19 Maret 2010 di Hotel Santika Bogor.

Pertemuan JACC (Joint Agriculture Cooperation Committee) merupakan pertemuan bilateral antara Indonesia dan Tanzania untuk merumuskan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam rangka kerjasama di sektor pertanian. Salah satu prioritas kerjasama RI – Tanzania yang disepakati adalah bidang capacity building, baik bagi petugas maupun petani. 

Dalam pertemuan tersebut, BPSDMP menawarkan 11 pelatihan dan tenaga ahli dalam berbagai bidang. Sementara pihak Tanzania memilih 4 jenis pelatihan sebagai prioritas, yaitu Exchange Visit of Farmer Leader, Rural Women and Rural Youth Program, Training Program on Agribusiness Technology, Training Course on Animal Health dan Training Course on Horticulture Agribusiness. Dari keempat prioritas pelatihan tersebut, disepakati bahwa Training Program on Agribusiness Technology merupakan program pelatihan utama yang akan dilaksanakan pada bulan Maret 2012 di Indonesia. Pola pembiayaan pelatihan ini terbagi dua, yaitu Kementrian Luar Negeri menanggung biaya pelaksanaan pelatihan, termasuk akomodasi, konsumsi dan biaya lainnya. Sedangkan pihak Tanzania membiayai transport peserta dari dan ke Tanzania serta uang saku peserta. 

Pihak Tanzania juga mengharapkan Indonesia, dalam hal ini BPSDMP dapat mengirimkan tenaga ahli di bidang mekanisasi pertanian dan bidang lain yang mendukung produksi beras dan pengembangan FARTC di Mkindo-Morogoro. Lebih lanjut, Pihak Tanzania juga berniat menjalin kerjasama dalam hal penyuluhan pertanian dan pendidikan pertanian. Pihak Tanzania mengharapkan ada penyuluh Tanzania yang belajar dari penyuluh di Indonesia. Dapat juga bentuknya berupa penyuluh Tanzania yang belajar pendidikan pertanian seperti di STPP. 

Secara umum pertemuan JACC ke-1 RI – Tanzania ini menghasilkan beberapa kesepakatan kerjasama di sektor pertanian yang meliputi capacity building, penelitian dan pengembangan untuk komoditi kapas, padi dan rempah-rempah, serta pemasaran produk pertanian. Kedua pihak berharap agar beberapa kesepakatan yang telah dihasilkan ini akan dapat dilaksanakan dan menguntungkan bagi RI dan Tanzania.


Selasa, 20 April 2010

Perkembangan Pelaksanaan Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS)


Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) adalah skim kredit yang digunakan untuk mendanai pengembangan usaha pembibitan sapi potong maupun sapi perch oleh pelaku usaha dengan suku bunga bersubsidi. Pelaku usaha meliputi perusahaan, koperasi, gabungan kelompok peternak atau kelompok peternak. Persyaratan pelaku usaha adalah mampu menyediakan sapi, memenuhi prosedur baku dan melakukan kemitraan. Suku bunga yang dibebankan kepada pelaku usaha sebesar 5% per tahun dalam jangka waktu kredit paling lama 6 tahun, dengan masa tenggang (grace periode) paling lama 24 bulan.

Sasaran dari KUPS adalah tersedianya 1 (satu) juta ekor sapi dalam kurun waktu 5 tahun (200.000 ekor/tahun). Sapi induk tersebut berupa sapi betina bunting atau siap bunting, berasal dari sapi impor, turunan impor atau sapi lokal terutama sapi Bali.

Bank yang telah komitmen melakukan Perjanjian Kerjasama Pendanaan (PKP) dengan Kementerian Keuangan untuk pelaksanaan KUPS sebanyak 10 Bank yaitu (a) Bank Umum, terdiri atas Bank BRI, Mandiri, BNI, Bukopin, Bank Syariah Mandiri, dan (b) Bank Pembangunan Daerah (BPD) yaitu BPD Jateng, BPD DIY, BPD Jatim, BPD Sumut, dan Bank Nagari Sumatera Barat. Komitmen dana yang terkumpul dari 10 Bank tersebut adalah sebesar Rp. 3.335 trilyun.

Dari 10 (sepuluh) bank tersebut, BPD DIY, BPD Jatim, BPD Jateng, BRI dan BNI telah selesai penandatangan PKP antara Kementerian Keuangan dengan bank, dan 4 (empat) bank BPD DIY, BPD Jatim, BPD Jateng, dan BRI telah menyalurkan dana kepada peserta KUPS sedangkan penyaluran dana dari bank BNI direncanakan pada bulan Maret 2010.

Sampai bulan Februari 2010 telah tercatat 27 Perusahaan/Koperasi telah mengusulkan KUPS untuk sejumlah sapi 43.215 ekor dan telah memperoleh rekomendasi dari Dinas Peternakan Kabupaten setempat. Realisasi bulan Januari 2010 senilai Rp. 89,81 milyar untuk pengadaan 5.080 ekor sapi potong dan 965 ekor sapi perah pada 1 kelompok peternak, 1 perusahaan dan 3 koperasi.

Minggu, 04 April 2010

KEMAH BAKTI ISMPI 2010 DI UNIVERSITAS SYAH KUALA B. ACEH


Menginjakan kaki untuk yang pertama kalinya di pulau Sumatera ini diawali langsung di atas Tanah Rencong, Aceh. Tepatnya di Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. Kesan pertama sih, cuma bisa bilang panas, setelahnya langsung jatuh cinta! hehe.
berangkat ke Aceh dalam rangka memulai perjalanan Nusantara  sambil bawa nama institusi kampus  buat dateng ke undangan acara kemah bakti yang diadain sama Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia. Tengkyu so much deh buat kakak senior  nan cantik jelita Dyah Ayu Safitri yang udah ngajakin dan ngasih kesempatan buat dapet pengalaman yang sangat-sangat mahal harganya ini. Kebayar semua usaha kita panas-hujan, mondar-mandir ke dekanat-rektorat waktu itu biar dapet sumbangan dana berangkat ke Aceh, yya walau pun kantong pribadi juga tetep harus kesita tapi tetep pengalaman ga bisa tergantikan oleh apapun apalagi sama materi.
Acara inti kemah bhakti diadain di Aceh Selatan, kurang lebih 18 jam perjalanan darat dari Kampus Universitas Syah Kuala Banda Aceh yang jadi tuan rumah acara ini. 18 jam masih satu provinsi—kalo di pulau jawa udah bisa ngelewatin hampir tiga provinsi deh. Katanya medan yang mau dilewatin masih hutan-hutan trus jalanan masih jelek gara-gara kejadian tsunami dulu. Alhasil takut mabok perjalanan minum antimo—obat anti mabok—apalagi kendaraan yang dinaikin mobil L-300 karena cuma mobil itu yang paling nyaman dan bisa disewa dengan harga terjangkau buat konvoi bareng temen-temen seNusantara sampai ke lokasi di Aceh Selatan.
ga masalah deh kendaraan apa yang dinaikin, seancur apa jalan yang  dilewatin, selama apa perjalanan yang harus ditempuh? Secara hobi emang on the road dan panorama alam di Aceh emang bikin takjub! Gak ngaruh sama kelelahan perjalanan dari jogja-jakarta yang naik  kareta ekonomi langsung lanjut ke bandara soekarno hatta biar bisa cepet-cepet terbang dan injek kaki di tanah rencong. Gak ngaruh sama dua tablet antimo yang diminum biar gak mabok—antimo kan bikin ngantuk jadi ya ga bakal mabok di jalanan tapi malah tidur pules. Selama hari belum gelap mata  ga ada capek-capeknya mandangin pemandangan di kanan-kiri jalan. Bikin takjub. Kanan tebing. Kiri laut. Mana laut2nya warna warni, ada ijo, ada biru, ada ungu, ada orange (kalo yang dua warna di belakang boongan ahh, cuma efek lebay :p).
Nah , terbutkitan.  Susah ceritain suasana disana pake kata-kata. Ijo woro-woro. Angin pantai sepoi-sepoi. Bikin ati greget maknyus lah..

Kegiatan bakhti sosial di aceh selatan di bagi ke beberapa kecamatan disana. Jarak satu kecamatan ke kecamatan yang lainnya bisa hampir sekitar 15km-25km dengan keadaan medan yg beda-beda ada yang diatas gunung, pinggir pantai, atau di dalem hutan. Lokasi yang kita singgahi ini merupakan daerah bekas persembunyian GAM. Sebagian rumah-rumah disana yang didirikan hanya berbahan kayu. Ternyata hal ini dikarenakan dulu rumah-rumah penduduk disana di hancurkan dan dibakar oleh prajurit Gam dan setelah konflik mereda maka penduduk kembali mendirikan rumahnya dengan bahan yang seadanya.

Yang bikin kangen  tuh ini , kebersamaan nyiapin makan malem bareng2

Master piece kegiatan  sama temen-temen tuh ini, bikin pupuk organik. Terus ngajarin ke warga sekitar gimana cara bikinnyaa..

foto bareng bupati Aceh Selatan 



sempet jalan2 ke mesjid raya sam ke kapal terapung juga sihh begitulah sekiranya cerita ttg perjalan nusantara ke Aceh ngerasain nongkrong ngopi2 kyk kebiasaan org aceh pulang deh ke jogja lagiii.. trus cari oleh2 .. 

sempet sedih waktu itu ga sempet ikut ke saban, Bali nomer dua katanya mudah-mudahan dapet kesempatan mampir ke Aceh lagi. semoga. Amin. ngarep bgt bisa main ke Aceh lagiii…temannnn … ajak2 ke Acehh lagi donggggg…!!!!!!!!

(written & photo by : Restu Galihani Adhi | UGM)